Kisahku bersama Ibuku

   Nama Ibuku Muryanti, waktu menikah dengan bapakku usia ibuku 25 tahun sedangkan bapakku 41 tahun. Ibuku agak gemuk setelah melahirkanku. Rambutnya bergelombang dan panjang. Penampilannya sangat sederhana dan keibuan. Beliau pandai memasak. Semua masakan ibu aku suka, karena rasanya sangat enak. Sejak kecil aku jarang jajan diluar, karena sudah cukup makan di rumah. Pernah ibu memberiku uang saku tapi kukembalikan lagi karena aku tidak merasa lapar saat istirahat di sekolah. 

    Karena desakan kebutuhan ekonomi maka ketika aku hendak masuk SMP, Ibuku membuka warung nasi pecel di rumah. Beliau bangun jam 3 pagi setiap hari untuk memasak. Ibuku sangat ulet dalam bekerja. Dagangannya laku keras meski ada beberapa kernet yang berhutang ketika makan di warung ibuku. 

   Di saat banyak pelanggan, mulailah muncul gangguan. Ibuku tergoda oleh pria lain. Pria itu meminta ibuku meninggalkan bapakku karena bapak sudah tua. Awalnya aku tidak menyadarinya karena pria itu bersikap sangat baik kepadaku kebetulan dia tinggal di losmen sebelah rumah kami. Aku juga tidak tahu kalau bapakku merasa cemburu dengan kehadiran pelanggan yang naksir ibuku itu. Aku baru mengetahuinya saat pria itu dikabarkan meninggal dunia. Bapakku mulai terbuka tentang hal ini kepadaku. Jujur aku kaget, dan merasa kasihan pada bapakku mengapa ibu bisa sampai tergoda kepada pria ini. 

   Setelah pria itu meninggal dunia, beberapa waktu kemudian muncul lagi pria lain yang juga menggoda ibuku. Kali ini aku sangat peka, pria itu selalu main ke rumah kami di saat aku mau tidur. Ibuku yang sedang tidur denganku itu tiba-tiba terbangun karena pria itu bertamu malam-malam. Aku jadi ikut terbangun dan mulai merasa tidak nyaman. Aku sering merengek meminta ibu masuk ke kamar saja dan menyuruh tamunya itu pulang. Huh sungguh tak sopan bertamu di rumah wanita yang sudah berkeluarga. 

   Kadang ibuku pergi dengannya dan sering bertengkar dengan bapakku meski tidak sampai membentak-bentak. Aku membaca tulisan ibuku di papan tulis bahwa Ibu ingin bebas. Awalnya aku tidak mengerti mengapa ibuku sampai menulis kalimat itu. Bebas dari apa? Aku pun menanyakan kepada bapakku artinya. Rupanya ibuku ingin bercerai dengan bapakku karena tergoda pria itu. Jujur saja bapakku lebih ganteng daripada pria itu. Hanya saja memang pria itu lebih muda. Oh, aku sangat membenci pria itu. 

   Setiap kali dia datang ke rumah, aku yang tadinya bisa bercanda dengan ibuku tiba tiba saja aku benci juga pada ibu. Aku sering membantah jika disuruh dan sering membentak ibuku demi melampiaskan rasa kekecewaanku pada ibu. Aku sangat sedih dan kasihan pada bapakku. Tapi bapakku tetap sabar seakan tidak terjadi apa-apa. Mulai saat itulah aku lebih dekat dengan bapak daripada ibu. Aku benci ibuku, aku juga benci pria itu. 


   Pernah suatu kali ibu berencana akan meninggalkan kami semua dan pergi dengan pria itu. Betapa ketakutannya aku ditinggal ibuku meski di dalam hatiku terselip sedikit rasa benci tapi aku tidak ingin bapak dan ibuku bercerai. Aku datang ke gereja dan berdoa, “Tuhan jangan biarkan kedua orangtuaku bercerai, aku tidak mau Tuhan.” Aku terus menangis sambil berdoa semoga Tuhan menggagalkan rencana Ibuku untuk bercerai. Tanpa kusadari aku sudah kepahitan dengan ibuku. Aku sering marah-marah pada ibuku, Ketika berangkat sekolah aku tidak mau mencium pipi ibuku seperti yang kulakukan dulu, Aku tidak mau lagi makan masakan ibuku dan memilih makan mie instan. Pokoknya aku ingin balas dendam dengan membuat ibuku menyesal dengan sikapnya kepada bapakku. 

   Meski hati bapakku terluka, bapak menyuruhku untuk tetap bersikap baik kepada ibuku. Hal yang paling berat adalah meminta maaf kepada ibuku. Tapi karena aku kasihan pada bapak, akupun meminta maaf kepada ibu. Awalnya agak canggung, tapi ibuku tetap mau memaafkanku. 

   Setelah semua itu, suatu ketika ibuku mengeluh sakit kepala yang sangat. Telinga kanannya sudah tidak bisa mendengar lagi. Aku mengantar ibuku ke dokter THT dan ternyata ibuku terkena infeksi akibat sering membersihkan telinganya terlalu bersih dan dalam setiap hari. Singkat cerita ibuku divonis kanker oleh dokter dan harus dioperasi di luar kota. Setelah menjalani operasi, ibu juga menjalani CT Scan dan bestral sebanyak 25 kali. Ketika ibuku ada di rumah sakit, aku mengunjunginya. Saat aku melihat ibuku sudah gundul dan kurus terbaring lemah di ranjang rumah sakit, di saat itulah aku benar benar bisa memaafkan ibuku. Bahkan ketika ibuku harus pulang kerumah karena dokter sudah angkat tangan, aku dan bapak merawat ibuku. 

   Rasa dendamku pada ibu hilang saat aku mulai merawatnya. Tuhan mengabulkan doaku, melalui sakit ini ibuku tidak jadi bercerai dengan bapakku. Tapi ketika aku meminta Tuhan untuk menyelamatkan nyawa ibuku, rupanya Tuhan mengambilnya daripada kami sekeluarga di usianya yang ke 43. 

   Sejak kepergian ibuku, aku sangat shock dan menyesal mengapa dulu aku marah dan membuat ibuku menderita karena sikapku. Setiap kali aku merasa sedih dan letih. Malam harinya aku bermimpi bertemu dengan ibuku. Ini terjadi berulangkali. Di mimpiku itu ibuku masih sangat muda dan sehat. Telinga kanannya yang tadinya berlubang dimakan sel kanker di mimpi itu ternyata telinga ibuku masih utuh. 

   Suatu hari ketika aku pulang dari Bible Camp gerejaku dan letih sekali sedangkan aku harus mencuci pakaian kotor itu sendiri (sesuatu yang tak pernah kulakukan sebelumnya) membuatku sangat enggan dan berat mengerjakannya. Karena letih aku menunda mencuci baju esok hari. 

   Tapi di malam itu aku bermimpi bertemu dengan ibuku. Dan ibuku berkata, “Jangan takut, nanti ibu yang cucikan bajumu” Keesokan harinya, ajaib sekali. Aku memang mencuci baju itu sendiri tapi aku tidak merasa berat sama sekali seakan bukan aku yang sedang mencuci tapi dibantu almarhum ibuku. 

   Selamat hari ibu buat ibuku yang di Sorga. Maafkan aku belum bisa membahagiakan ibu selama ibu hidup di dunia ini. Meskipun aku pernah membenci ibu, namun ibu tidak pernah membenciku. Kasih ibu kepadaku memang seluas samudra. 

0 comments:

Post a Comment