Happy Birthday, My Lovely Son!


On your third birthday, I am thinking about how much light and sparkle you freely dispense wherever you go, how your sunny smile lights up any gathering.

Every birthday marks another year of you radiating positive, happy energy, contagious happiness that infects all who come in contact with you. May your next birthday find you the same -- glowing from within, beaming bright joy on everyone you meet.

I feel blessed to have you, my lovely son.

Happy birthday to you.

Medhy Aginta Hidayat

Mari Melahirkan Anak di Jepang


Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa untuk dicatat.

Kyoto masih tetap dingin. Malah semakin dingin. Suhu 1-3 derajat Celcius. Namun menurut beberapa teman Jepang, musim dingin tahun ini aneh. Hangat. Atatakai. Tidak seperti tahun lalu, kata mereka. Saljupun, masih kata mereka, baru turun dua kali di bulan Januari yang segera akan berakhir ini. Beda dengan tahun lalu.

Aku cuma tersenyum. Tidak mengiyakan. Tapi juga tidak menolak apa yang mereka katakan. Dalam hati sebenarnya aku senang jika musim dingin ini tidak menjadi semakin dingin. Maklumlah, aku orang Indonesia yang terbiasa kepanasan. Sekarang saja, jika tidak karena sangat terpaksa, aku malas keluar kamar. Selain dingin, tentu saja -- aku juga paling malas jalan sendirian tanpa tujuan.

Jadilah hari-hariku di sini lebih banyak habis di kamar. Lebih tepatnya di depan laptop: membaca email, membaca koran (online) dan membaca blog.

Tetapi memang ada jeleknya: bahasa Jepangku jadi jarang terpakai.

Soal email, beberapa hari terakhir inbox emailku dijejali email dari milis PPI Kyoto. Tumben. Tidak biasanya. Biasanya milis PPI Jepang dan milis Angklung PPI Kyoto yang kejar-mengejar memenuh inboxku.

Aku tidak tahu pasti sebabnya. Tetapi barangkali karena bulan-bulan ini memang cukup banyak kesibukan mahasiswa Indonesia di Kyoto.

Bulan-bulan ini, Januari-Februari, banyak teman maju ujian defense. Ada yang Master. Ada yang Doctoral. Maklum, mengejar hari wisuda sebelum semester baru tiba. Karena jika lewat, konsekuensi paling buruk harus membiayai sendiri semester yang tersisa.

Selain itu bulan-bulan ini juga ada persiapan kegiatan Kongres Temu Ilmiah PPI Jepang Ke-16 yang akan diadakan di Kyoto, bulan Agustus nanti.

Yang menarik dan tidak biasa, bulan ini banyak sekali email ini: berita kelahiran. Lalu disusul rentetan ucapan selamat dan turut berbahagia atas berita kelahiran. Aku mencatat setidaknya ada empat keluarga mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Kyoto yang saat ini tengah berbahagia dengan hadirnya anggota keluarga baru mereka.

Tentu layak berbahagia. Apa pasal? Karena selain mendapatkan buah hati (dan akte kelahiran Kyoto, Jepang), mereka juga mendapatkan uang subsidi kelahiran sebesar 350.000 Yen dari pemerintah Jepang. Tidak peduli warga negara Jepang atau warga negara asing, asal menjadi peserta program asuransi kesehatan nasional, mendapatkan subsidi ini. Selain subsidi kelahiran, si kecil juga mendapatkan subsidi tambahan sebesar 10.000 Yen per bulan semenjak lahir hingga usia 2 tahun. Dengan kurs 78 Rupiah untuk setiap 1 Yen Jepang, lumayan sekali jumlah uang ekstra yang bisa didapat, bukan?

Soal kelahiran anak ini jadi topik bahasan tersendiri di milis tersebut. Beberapa teman kemudian iseng-iseng mencoba menghitung-hitung berapa jumlah anak yang musti dibuat untuk mendapatkan sebuah mobil roda empat begitu pulang ke Indonesia. Yang lain berandai-andai strategi investasi perbankan macam apa yang kiranya paling tepat untuk mendapatkan hasil maksimal dari tabungan si anak.

Sementara itu, teman yang lain tergoda menghitung-hitung berapa tahun lamanya harus bertahan di Jepang demi mendapatkan tambahan uang muka cicilan rumah begitu balik ke kampung halaman. Dengan uang beasiswa 172.000 Yen per bulan dan peluang bekerja paruh waktu (arubaito) di sela-sela kuliah, ditambah subsidi-subsidi ini dan itu, memang lumrah jika beberapa kawan jadi tergoda berhitung-hitung berapa tabungan yang bisa dibawa pulang ke Indonesia. Mohon Anda jangan iri atau dengki. Mungkin itu memang sudah rezeki teman-teman mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang.

Topik lain yang cukup banyak menarik perhatian di milis PPI Kyoto adalah kabar bakal turunnya nilai beasiswa Monbukagakusho. Dulu besarnya 184.000 Yen per bulan. Terakhir aku menerima 172.000 Yen per bulan. Ada kabar, per April 2007 akan turun menjadi 170.000 Yen per bulan. Lalu akan berangsur-angsur turun sampai kisaran 155.000 Yen per bulan.

Wah, jika benar penurunannya sebesar itu, memang lumayan juga. Untuk hidup tentu masih cukup, bahkan dengan keluarga dan 3 anak sekalipun. Tetapi yang pasti, tabungan yang akan dibawa pulang jadi berkurang. Lho, aku kok jadi ikut kepikiran juga, ya. Hahaha. Eh, atau jangan-jangan karena beasiswa bakal turun inilah banyak teman mahasiswa Indonesia yang ngebut mencuri start membuat anak lagi di Jepang. Ini barangkali, lho. Bukan tuduhan.

Dari koran lain, memang ada kabar perekonomian Jepang sedang mengalami masa-masa sulit. Resesi, kata mereka. Tetapi kondisi resesi di Jepang mohon jangan dibayangkan rakyat Jepang hidup berkesusahan. Sebagai negara terkaya kedua di dunia setelah Amerika Serikat, ukuran resesi ekonomi Jepang tentulah masih sangat sangat jauh di atas ambang batas kemakmuran negara yang sedang berkembang.

Dari blog seorang teman aku juga membaca bahwa pemerintah Jepang memang sengaja menurunkan nilai beasiswa Monbukagakusho namun akan menambah jumlah mahasiswa penerima beasiswa tersebut.

Sisi baiknya: jika tertarik belajar ke Jepang, berarti semakin besar peluang untuk mendapatkan beasiswa.

Nah, Anda tertarik belajar ke Jepang? Atau, tertarik membuat anak lagi di Jepang? (Ini sisi baik juga, bukan?)

Medhy Aginta Hidayat

Artikel ini bermanfaat untuk Anda? Klik disini untuk berlangganan Blogguebo.

Tulisan yang relevan dengan posting ini:
Yamamba dan Perlawanan Budaya

Tentang d'Blog


Sekedar ingin berbagi. Mungkin banyak yang sudah tahu. Tetapi mungkin juga banyak yang belum tahu.

Semenjak beberapa bulan yang lalu, Kompas Cyber Media melalui halaman Community: Indonesia Around the World memberi ruang khusus bagi para blogger Indonesia untuk menampilkan blog-blog mereka di situs Kompas. Apa yang dilakukan Kompas telah dilakukan sejumlah media online - Time, Newsweek, CNN.

Jika ingin berbagi melalui blog Anda, tidak ada salahnya mengirimkan alamat URL blog dan informasi ringkas tentang blog Anda di halaman d'Blog.

Selamat berbagi!

Medhy Aginta Hidayat

Artikel ini bermanfaat untuk Anda? Klik disini untuk berlangganan Blogguebo.

iPhone, It's Awesome Stuff!


Washington, DC, tahun 2054.

John Anderton berdiri di depan sebuah panel antarmuka komputer berproyeksi holografis. Kedua tangannya sibuk menarik, menggeser dan mencari data di sebuah screen transparan. Tidak ada tuts keyboard. Tidak ada mouse. Bahkan tidak ada stylus. Semua interaksi antarmuka dilakukan dengan jari-jari tangan.

Adegan bersetting tahun 2054 itu terjadi dalam film Minority Report yang dibintangi Tom Cruise. Dalam film ultra futuristik karya Steven Spielberg ini digambarkan kontrol antarmuka komputer sepenuhnya menggunakan sentuhan jari tangan di sebuah layar transparan. Tidak ada tools lain.

Saya tiba-tiba ingat film ini begitu melihat desain futuristik dan video demo iPhone yang diluncurkan Steve Jobs di acara Macworld Conference and Expo 2007, San Francisco. Komentar saya: that’s hot!

iPhone adalah telepon genggam produksi Apple, Inc. Ia menggabungkan tiga produk: sebuah telepon genggam revolusioner, layar lebar iPod dengan sistem kontrol sentuh, piranti penggunaan internet – email dengan rich HTML, web browsing, maps dan mesin pencari. Di bawah ini adalah spesifikasi iPhone seperti dilansir Apple Inc. dalam situsnya:

- Ukuran layar: 3.5 inci
- Resolusi layar: 320×480 at 160 ppi
- Metode input: Multi-touch (multi-sentuh)
- Sistem operasi: OS X
- Penyimpanan: 4GB or 8GB
- GSM: Quad-band (MHz: 850, 900, 1800, 1900)
- Data nirkabel: WiFi (802.11b/g) + EDGE + Bluetooth 2.0
- Kamera: 2.0 megapiksel
- Baterai: Hingga 5 jam bicara/Video/Browsing, 16 jam Audio Playback
- Dimensi: 4.5 x 2.4 x 0.46 inches / 115 x 61 x 11.6mm
- Berat: 4.8 ounces / 135 gram
- Harga: 4 GB US$ 499 dan 8 GB US$ 599

Berbeda dengan kebanyakan telepon genggam, iPhone tidak menggunakan tuts plastic keyboard. Bahkan hanya ada satu tombol, home navigation, di handset tersebut. iPhone menggunakan tuts soft keyboard QWERTY pada layar dengan teknologi kontrol multi-touch. Yang menarik, iPhone menggunakan sentuhan jari tangan sepenuhnya untuk mengoperasikan telepon genggam yang baru akan dilempar ke pasaran Amerika pada bulan Juni 2007 ini. Selain untuk menulis sms, email ataupun aplikasi texting lainnya, photo organizer juga menggunakan sentuhan jari tangan.

Dalam video demo itu Phil Schiller dari Apple Inc. memperagakan bagaimana menarik dan menggeser foto yang kita inginkan hanya dengan menyentuh layar iPhone dengan jari tangan. Jika ingin mengubah tampilan dari portrait menjadi landscape, kita tinggal memutar posisi handset menjadi horisontal. Tanpa menggunakan tombol apapun. Yang lebih cool, kita bisa membesarkan atau mengecilkan tampilan foto hanya dengan menggeser dua ujung jari telunjuk dan ibu jari pada layar iPhone persis seperti dalam film Minority Report. Sangat revolusioner.

Yang terakhir, iPhone dilengkapi fasilitas Google Maps yang memungkinkan penggunanya mencari lokasi koordinat bahkan foto satelit suatu tempat dengan cepat dan tepat. It's wonderful.

Saya cuma berharap iPhone bisa segera dipasarkan di Asia. Semoga tahun ini, bukan tahun 2008 seperti dilansir Apple.

I definitely want to buy one when it comes out. If it comes out first in Japan, I will buy it here.
It’s very awesome stuff! Must-have one.

Apple Store

(Gambar diambil dari situs Apple)

Medhy Aginta Hidayat

Artikel ini bermanfaat untuk Anda? Klik disini untuk berlangganan Blogguebo.

Tulisan yang relevan dengan posting ini:
Membuktikan The Secret
Wisdom of Success (1)
Memulai Bisnis Online?

Menulis Puisi Lagi


Entah kenapa, entah bagaimana, tiba-tiba saya menulis puisi lagi. Semalam, sebuah puisi cinta tercipta, untuk istri.

Entah sudah berapa lama saya tidak menulis puisi. Terakhir kali, seingat saya, ketika masih kuliah di Yogya. Sejak keluar dari Yogya, saya tidak lagi menulis puisi.

Barangkali karena tidak ada kesempatan, barang sesaat, untuk sekedar mundur dari hiruk-pikuk kehidupan kota besar. Di Jakarta, betapa mustahilnya menjaga jarak dengan waktu, agenda kerja, keringat dan debu. Tidak ada jeda untuk menziarahi kehidupan. Tidak ada ruang untuk mencatat hujan dan bergulirnya malam.

Mungkin karena di sini saya bisa mundur jauh lagi dari kehidupan. Sendirian, menyepi, menjauh dari keramaian seperti kebiasaan saya bertahun-tahun lalu.

Mungkin juga karena di sini saya terpisah jauh dari orang-orang yang saya cintai. Bukankah jarak dan ruang seringkali menjadi kesempatan terbaik untuk bercermin mematut jasad diri?

Menulis puisi mungkin satu pilihan terbaik buat saya untuk itu.

Mohon maaf jika tiba-tiba saya jadi sentimentil. Puisi sejatinya bukan sebentuk kecengengan. Tapi jujur saja, saya memang sedang merasa cengeng saat menulis catatan selisik ini.

Medhy Aginta Hidayat

Aku Mencintaimu


kubiarkan malam berhenti
pada detak jarum jam dan dingin salju bulan januari
demi kulukis wajahmu
yang menjelma bidadari
dengan sinar mata bening
dan selingkar tiara

kubiarkan malam berhenti
agar aku bisa menulis satu pasase tentangmu:

aku mencintaimu

(untuk ES)

Medhy Aginta Hidayat

Egosurfing dan Blogsibionis

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Tanpa sengaja, saya membaca sebuah tulisan lama di detikinet.com. Meskipun lama, topiknya hangat dan aktual. Dengan mengutip sumber AFP, detikinet.com menulis hasil penelitian mengenai sejumlah gejala penyakit psikologis yang cenderung diderita para pecandu internet, termasuk blogger.

Barangkali menarik dicermati satu persatu.

Egosurfing: sangat terobsesi dengan reputasi diri di internet. Jika sudah parah, sebagian besar waktu on-line dihabiskan hanya untuk melakukan pencarian nama sendiri di situs seperti Google atau Yahoo. Pecandu internet dalam kategori ini juga kerap terobsesi selalu mengecek peringkat nama mereka di Technorati.

Blogsibisionis: gemar menampilkan informasi pribadi via blog atau situs pertemanan semacam Friendster. Bahkan informasi-informasi yang seharusnya tidak untuk diketahui oleh orang lain pun ditampilkan melalui internet.

Gilaberry: biasanya menimpa level pimpinan perusahaan. Gejalanya adalah tidak bisa melewati satu detik pun tanpa mengecek e-mail melalui handphone Blackberry-nya. Jika sudah dalam stadium parah, ia bahkan akan tetap mengecek e-mail di saat-saat genting, misalnya ketika terjadi gempa.

Detektif Google: gemar melakukan pencarian dengan memanfaatkan layanan mesin pencari Google. Biasanya pencarian dilakukan untuk menyelidiki keberadaan teman lama, cinta pertama, mantan pacar, atau sekadar calon gebetan.

Cyberkondria: setelah melakukan riset di internet mengenai gejala-gejala penyakit tertentu, atau menerima e-mail mengenai penyakit tertentu, si pecandu internet dalam kategori ini akan segera merasa dirinya menderita sakit tersebut.

Photolurking: gemar melihat-lihat foto dari album on-line milik seseorang yang tidak dikenalnya. Jika sudah demikian, sebagian besar waktu on-linenya habis hanya untuk bergerilya menemukan foto-foto orang-orang baru yang tidak dikenalnya.

Wikipediholik: sangat terobsesi untuk mengisi dan menyunting situs ensiklopedia kolaboratif Wikipedia. Si pecandu internet dalam kategori ini sering merasa bangga jika nama dan hasil suntingannya tampil sebagai tulisan pertama di Wikipedia.

Cheesepodding: gemar mengunduh lagu-lagu yang cheesy ('norak', basbang atau jadul banget) melalui internet. Biasanya pecandu internet dalam kategori ini sangat fanatik dengan ide retro dan musik era bapak-kakek mereka. Misalnya, lagu-lagu dari era 60-an dan 70-an.

Saya tidak yakin apakah penelitian ini sebuah penelitian yang serius. Saya pribadi cuma menganggapnya sebagai hiburan.

Lucu.

Medhy Aginta Hidayat

Artikel ini bermanfaat untuk Anda? Klik disini untuk berlangganan Blogguebo.

Menulis Itu Mudah


Menulis itu mudah. Banyak ide di sekeliling kita yang bisa menjadi bahan tulisan.

Menjaga ritme menulis secara ajeg itu yang susah.

Saya harus jujur mengakui betapa hebat para blogger yang rajin mem-posting tulisan di blog mereka. Mereka menulis secara teratur. Mereka rutin meng-update isi blog. Malah ada yang mem-posting secara harian. Benar-benar seperti menulis diary. Diary, sesuai artinya ditulis secara harian. Meskipun isinya ringan, pendek-pendek, tetapi kekuatan menjaga ritme menulis harian sungguh patut diacungi jempol.

Salah satu kekuatan blog adalah newness. Apalah artinya blog berdesain bagus jika tulisannya itu-itu saja.

Basbang. Basi banget.

Blogger baru biasanya bersemangat menulis. Mungkin karena blog dianggap semacam mainan baru. Seperti kanak-kanak, ketika memiliki mainan baru ia akan membawanya kemanapun pergi. Bahkan ketika tidur. Ia juga akan berusaha memamerkannya kepada setiap teman bermainnya. Namun begitu rasa bosan mulai muncul, mainan inipun ditinggalkan. Seperti mainan, blog pun ditinggalkan.

Blog tidak lagi ditengok.

Blog dilupakan.

Itulah kenapa muncul pendapat blog hanyalah trend, fenomena sesaat, yang tidak akan berumur panjang.

Apa yang harus dilakukan agar blog panjang umur?

Terus menulis. Menulis sebenarnya mudah. Dan tidak perlu dipersulit. Yang lebih penting sebenarnya adalah hasrat menyala-nyala untuk menuangkan isi pikiran. Kebetulan saja jika bentuknya adalah tulisan. Jika ada hasrat menyala-nyala untuk bercerita tentang apa yang kita pikirkan, menulis akan mengalir begitu saja. Namun jika hasrat ini tidak ada, bahkan mencontek tulisan orang lainpun akan menjadi sesuatu yang sungguh terasa menyiksa.
Adakah tips mudah agar bisa terus menulis di blog?

Banyak membaca buku.

Bukan.
Tips paling mudah untuk terus mem-posting tulisan di blog adalah dengan menuliskan kegiatan sehari-hari. Bolehlah disebut blogdiary.

Setiap orang pasti memiliki catatan aktivitas harian. Menulis pengalaman sehari-hari relatif tidak membutuhkan kecakapan khusus. Juga tidak membutuhkan pengetahuan akan bidang ilmu khusus. Asal bisa menulis. Seorang mahasiswa pasti bisa menulis aktivitas sehari-harinya di kampus. Seorang pegawai kantoran pasti punya cerita di kantor tempat ia bekerja. Demikian halnya seorang sopir, dokter, penjual jamu, tentara, guru, ibu rumah tangga atau bahkan artis sinetron, pasti memiliki bahan menarik dari kehidupan sehari-hari yang bisa dituliskan. Justru kehidupan setiap orang dengan keunikan dunianya masing-masing menjadi kekuatan isi sebuah blog. Para pembacanya bisa tahu sisi intim si pemilik blog.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bisa menulis.

Mari mulai menulis dari yang paling mudah: kehidupan sehari-hari kita.

Ingat, kehidupan sehari-hari. Bukan kehidupan mingguan, bulanan atau malah tahunan.

Medhy Aginta Hidayat

Artikel ini bermanfaat untuk Anda? Klik disini untuk berlangganan Blogguebo.