Menulis Puisi Lagi


Entah kenapa, entah bagaimana, tiba-tiba saya menulis puisi lagi. Semalam, sebuah puisi cinta tercipta, untuk istri.

Entah sudah berapa lama saya tidak menulis puisi. Terakhir kali, seingat saya, ketika masih kuliah di Yogya. Sejak keluar dari Yogya, saya tidak lagi menulis puisi.

Barangkali karena tidak ada kesempatan, barang sesaat, untuk sekedar mundur dari hiruk-pikuk kehidupan kota besar. Di Jakarta, betapa mustahilnya menjaga jarak dengan waktu, agenda kerja, keringat dan debu. Tidak ada jeda untuk menziarahi kehidupan. Tidak ada ruang untuk mencatat hujan dan bergulirnya malam.

Mungkin karena di sini saya bisa mundur jauh lagi dari kehidupan. Sendirian, menyepi, menjauh dari keramaian seperti kebiasaan saya bertahun-tahun lalu.

Mungkin juga karena di sini saya terpisah jauh dari orang-orang yang saya cintai. Bukankah jarak dan ruang seringkali menjadi kesempatan terbaik untuk bercermin mematut jasad diri?

Menulis puisi mungkin satu pilihan terbaik buat saya untuk itu.

Mohon maaf jika tiba-tiba saya jadi sentimentil. Puisi sejatinya bukan sebentuk kecengengan. Tapi jujur saja, saya memang sedang merasa cengeng saat menulis catatan selisik ini.

Medhy Aginta Hidayat

0 comments:

Post a Comment