Rejeki Memang Tak Kemana
Teringat kembali masa di mana saya mulai bisnis buka bimbel sendiri dirumah. Belum ada fasilitas apapun. Saya mulai dengan doa, niat dan tekad yang kuat untuk mencari penghasilan setelah resign dari tempat kerja saya terakhir yang terbilang cukup nyaman. Namun saya harus terpaksa keluar karena fisik saya tak mau dikompromi.
Dengan bermodal pengetahuan desain di tempat kerja lama, saya yang belum punya komputer lari ke warnet untuk membuat brosur les. Setiap hari saya bagikan brosur itu ke sekolah-sekolah, menghadang anak-anak SD di jalan yang baru pulang sekolah hingga dikira mau menculik anak, sampai mengirim sms nyasar dengan sengaja ke kios-kios yang pasang nomor HP di tokonya. Asal nemu nomor HP di kemasan makanan ringan dalam kota aku sms in menawari mereka les buat anaknya. Tak hanya itu saja usahaku, aku juga door to door ke tetangga-tetangga sekitar rumahku untuk menjual jasaku. Dari semua yang kulakukan apakah aku berhasil dapat murid? Cuma 1 orang hehe… tapi aku tak putus pengharapan. Aku percaya Tuhan itu memelihara kehidupan kami. Sampai-sampai bapakku bilang begini, “Ora usah nggoyo Sus, nyuwun karo Gusti Yesus mengko lak diparingi. Nek kowe koyok ning tayangan “Minta Tolong” ngono malah ora diajeni wong.”
Benar juga, selama 5 bulan cuma 1 saja muridku itu. Kemudian suatu hari datanglah teman-temannya yang lain, tidak banyak tapi cukup untuk makan kami berdua. Setelah kurenungkan dan kuingat kembali, memang benar hanya Tuhan yang sanggup bawa murid-murid les buatku. Usahaku tanpa Tuhan gagal semua. Tanpa Tuhan saya bukan apa-apa. Saya tidak pernah sekolah guru, tamatan hanya SMU, ada yang meremehkan saya karena saya bukan sarjana, modal saya cuma ingatan waktu saya sekolah dulu. Saya benar-benar nekad meski tidak punya modal uang dan tempat les yang memadai. Saudara tahu saya memulai bisnis bimbel ini hanya dengan kertas bolpen , meja dan kursi. Belum ada papan tulis. Hingga ketika ada rejeki baru saya membeli papan tulis kecil.
Kini sudah 4 tahun saya mengajar privat di rumah. Banyak anak keluar masuk les di tempat saya. Bahkan dulu saya pernah mengajar anak SLB anak orang berada, tapi ketika waktunya membayar ternyata dia kabur. Saya mengalami suka dukanya jadi guru les. Saya hanya ingin anak-anak les saya disiplin dan rajin belajar.
Ok, kali ini saya ingin cerita. Suatu kali saya masuk ke sebuah bengkel dan menawarkan jasa bimbel saya kepada orangtua murid. Waktu itu saya sms dia duluan karena nomor HPnya tertera di tokonya. Tapi tidak dibalas, hingga akhirnya saya agak nekad follow up langsung ke bengkelnya. Ya, memang dia dengan halus dan sopan mengucapkan terima kasih karena sudah menawari les untuk anaknya. Tapi ternyata anaknya sudah les di tempat lain. Aku bisa apa? Ya sudah itu mungkin bukan rejeki saya.
Dua tahun telah berlalu, saya pun juga sudah melupakan hal ini. Tiba-tiba siang ini, ketika saya sedang makan. Ada tamu seorang pria, rupanya dia orangtua murid yang punya bengkel yang dulu pernah saya tawari. Baru sekarang dia mau mendaftarkan anaknya les di tempatku. Benar-benar mujizat. Mau hidup Anda dipenuhi mujizat? Awali segala yang saudara lakukan dengan berdoa. Lakukan bagianmu dan Tuhan akan lakukan bagianNya. Tak perlu ngoyo, rejeki memang tak kemana.
0 comments:
Post a Comment