Jangan Sepelekan Masalah Makan

   Manakah yang benar? Hidup untuk makan atau makan untuk hidup? Kalau hidup untuk makan maka setiap hari yang dilakukannya hanya makan melulu. Kalau makan untuk hidup itu baru bener, karena untuk menunjang kehidupan kita harus makan makanan yang bergizi. Tapi terkadang kita sering menyepelekan masalah makan ini dengan alasan, "Ah nanti aja makannya belum laper bener sih padahal sudah jamnya makan." Wow,, lambungnya kuat bener yak? 

   Dulu sebelum aku kena sakit maag, makan nasi sepiring bisa tahan lama antara7-8 jam, dan kalau lapar terus diabaikan kadang perihnya ilang sendiri jadi ga terlalu dihiraukan. Namun, setelah sakit maag dari ringan sampai akut, merembet sampai kena bile refluks (cairan empedu masuk ke lambung) baru 2 jam makan eh laper lagi laper lagi. Dan setelah ngalami ini rasanya aku hidup untuk makan. Dikit dikit makan dikit dikit makan, capek nguyahnya… 

   Nah, pernah gak denger slogan, awal hidup sehat dimulai dari pencernaan yang sehat? Jadi kalau orang dengan lambung yang sehat, ga ada pantangan makan maka makan apa aja ga ada efek mual, yang ada kenyang dan sehat. Jika lambungnya bermasalah, dan mulai milih-milih makan karena demi kesehatan lambungnya maka badannya pun jadi ikut kurang sehat atau kurus, kayak aku. Kurus banget, paling gemuk maksimal 35kg. 

    Aku salut sama orang yang masih bisa minum kopi. Selamat anda masih bisa minum kopi berarti lambung Anda sangat sehat. Karena orang yang kena gangguan pencernaan biasanya pantang minum kopi. Kalau masih ada yang bisa minum kopi berarti ga terlalu parah sakit maagnya atau mungkin nekat? hehe 


    Masalah makan ini paling menyita pikiranku padahal Tuhan berfirman, jangan kuatir tentang apapun juga, jangan kuatir soal makanan… dst.. Bukannya kuatir ga bisa makan atau beli makan tapi kuatirnya kalau makanan yang kumakan itu ga bisa diterima sama lambung. Meski udah hati hati makannya tetep aja bisa salah makan. 

     Sejak sakit emang aku terlalu paranoid sama makanan. Bahkan mau masak sendiri aja itu diperhatiin banget bahan-bahannya sampai detail banget. Misalnya nih pas beli sayuran di pasar, dimakan ulet kupikir itu berbahaya karena ada uletnya, tapi ternyata yang begitu justru aman dari pestisida. Kalau beli oatmeal di swalayan juga sangat memperhatikan tanggal kadaluwarsa nya , beda sehari aja aku pilih yang lebih lama exp date nya. Padahal makanan yang lebih lama exp datenya itu malah yang ada bahan pengawetnya. Jadi ribet sendiri kadangkala. 

     Jam 4 pagi tadi, bapakku terbangun mengeluh lapar. Ternyata semalam makan malamnya terlalu sore yaitu jam 5 sore. Sedangkan malam harinya udah males makan katanya jadi ditinggal tidur. Pagi-pagi aku buatkan oatmeal dan the manis hangat. Mungkin karena sudah nahan lapar terlalu lama sejak semalam maka kepalanya jadi pusing dan setelah makan eh malah muntah, mungkin jadi masuk angin. Setelah muntah aku pijitin dan jadi lega dan tidur lagi. Setelah bangun baru deh makan nasi dan jadi fit lagi. 


   Ini membuktikan bahwa kita tidak boleh melewatkan atau menyepelekan masalah makan. Tubuh kita ini dirancang untuk punya tenaga jika makan. Sama dengan kendaraan, kalau ga ada bensin ga bisa jalan/mogok. Apalagi kalau bensinnya kurang full ngisinya karena kenaikan harga BBM hihi atau bagaikan batere low bat sedangkan chargernya rusak, Kebayang kan ? 


    Selagi masih sehat, jangan mengabaikan makan. Makan harus dibiasakan secara teratur meski belum lapar. Menurutku sih kalau malas makan itu hanya pengaruh mood aja, atau diburu deadline banyak kerjaan. Tapi pernahkah kita memikirkan bagaimana asam lambung kita sudah meronta pengen cepat mencerna makan? Akibatnya asam lambung mulai over produksi. Kalau ga ada makanan yang harus dicerna saat itu juga asam lambung akan mengikis dinding lambung kita. Pertama sih ga terlalu berasa, tapi lama lama? Tiba tiba kepala berputar dan lemes selanjutnya ping? Ping…. San! 

    So, apakah Anda sudah makan hari ini? Jangan telat makan ya guys..

0 comments:

Post a Comment