Ibu, Cinta Tanpa Akhir – Memperingati hari Ibu setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya, membuatku teringat kembali akan almarhumah ibuku. Sosok wanita hebat yang penuh kasih sayang untuk kedua anak-anaknya. Sudah 14 tahun lamanya aku hidup tanpa ibuku. Terkadang disaat aku sedang sedih, pasti malam harinya aku mimpi bertemu mendiang ibuku. Seakan beliau ingin menghiburku.
Salah satu mimpiku terjadi ketika aku pulang dari retreat dari luar kota dengan setumpuk baju kotor, aku sangat capek untuk mencuci. Jadi aku rendam dulu di ember dan kutinggal tidur. Dalam mimpiku aku bertemu ibuku, dan aku mengeluh capek tidak bisa mencuci baju. Lalu ibuku berkata, “Ya nanti ibu yang cucikan.” Dan ketika bangun tidur aku sadar ibuku sudah meninggal, aku pun mengambil cucian ku dan mulai mencuci. Herannya lagi, aku sama sekali tidak merasa capek, rasanya bukan aku yang mencuci baju itu tapi dibantu almarhumah ibuku.
Dulu setiap mau tidur, ibu selalu mendongeng untukku dan adikku. Dongeng "Si Kancil Mencuri Ketimun" adalah salah satu dongeng ibuku. Ibuku pandai sekali bercerita, bahkan tanpa menyusun kerangka karangan dulu, kisah demi kisah ia ceritakan bagai sudah nglothok langsung ceplas ceplos ngomongnya. Akhirnya kami pun terlelap meski dongengnya belum selesai.
Sejak kecil, ibu selalu mengajariku menyanyi dan itu direkam dengan kaset dan tape recorder jadul. Dari suaranya terlihat bahwa ibuku adalah sosok ibu yang sabar dan penyayang baik untuk anak-anaknya sendiri maupun anak orang lain. Tapi entah dimana ya kaset rekamannya dulu? Hehe.. mungkin sudah hilang. Tapi meskipun kaset rekamannya hilang, suara ibuku tetap menggema dihatiku.
Aku paling suka makan masakan ibuku. Bahkan sejak dari TK sampai SMP aku tak pernah bawa uang saku karena aku merasa sudah cukup kenyang makan masakan ibuku di rumah. Ibuku adalah seorang penjual nasi pecel. Setiap jam 3 pagi ibu dan bapakku bangun untuk mempersiapkan buka warung. Pagi-pagi benar setelah usai membuka warung, ibuku mandi dan berdandan lalu menghampiri kami berdua yang masih tertidur sambil mencium pipi kami dan membangunkan kami untuk segera mandi dan berangkat ke sekolah. Dengan manjanya, aku dan adikku meminta ibuku untuk menyeret kaki kami sampai ke ujung ranjang supaya mau bangun.
Dulu aku sangat manja, makan pun minta diambilkan. Jangan ditiru ya.. hihi.. berasa sekarang harus mandiri. Setelah mandi biasanya ibuku menyisir rambutku yang panjang. Aku makan masakan warung ibuku dengan kenyang dan sebelum berangkat sekolah, kami berdua mencium pipi ibuku dan pamit. Ibu selalu mengajar kami untuk pamit seperti itu.
Pulang sekolah, ibuku selalu memeriksa tasku dan membuka buku-buku tugasku memberiku pujian ketika nilaiku bagus serta membiasakanku untuk langsung mengerjakan PR setelah makan siang. Jadi ketika beranjak dewasa tanpa dikomando pun kami reflek langsung mengerjakan PR jika ada PR tanpa menunda mengerjakannya. Setelah selesai makan siang, biasanya aku membantu ibuku mengupas bawang, memotong sayuran, serta pergi ke pasar besar untuk menyelepkan kacang. Aku berboncengan dengan adikku pergi ke pasar yang jaraknya 30 menit dari rumah sambil membawa tas keranjang besar berisi kacang dan bumbu untuk diselepkan.
Sore harinya setelah membantu ibu, aku bermain bersama tetanggaku sampai petang, kadang lupa mandi. Ibuku langsung menghampiriku dan menyuruhku mandi. Tapi karena aku bandel tidak mau segera mandi, maka ibuku langsung membawa seember air penuh lalu mengejarku dan menyiram sekujur tubuhku dengan seember air jadi basah semua deh bajuku. Hahaha… itu adalah caranya memaksaku mandi.
Ya, itulah kenangan indah bersama ibuku selama 16 tahun kami bersama. Aku merasa sangat bahagia mempunyai kedua orangtua yang sayang pada kami. Hingga waktu aku duduk di bangku kelas 2 SMU. Ibuku mulai kehilangan pendengarannya. Itu disebabkan karena beliau sering membersihkan telinganya dengan lidi yang dibalut kapas. (cuttonbuds gawe dewe). Ya mungkin karena terlalu dalam membersihkannya mbuh kesogrok mungkin jadi infeksi. Beliau sering mengeluh sakit kepala dan akhirnya dokter vonis ibuku kena kanker telinga.
Aku tak tahu kapan pastinya ibuku meninggal, karena waktu itu aku masih di sekolah dan ketika aku sudah pulang begitu banyak sepeda motor parkir di depan rumahku, ada kursi-kursi juga dan banyak orang sudah berkerumun di rumah kami. Aku kira ada pasar malam. Eh ga tauya ibuku sudah meninggal. Dan beliau meninggal tanpa daun telinga kanan karena sudah termakan oleh sel kanker. Aku bahkan tak bisa menangis, pikiranku saja yang kosong, seperti shock berat. Tubuhku terasa lemas karena aku tidak siap kehilangan ibuku. Dan sejak ibuku meninggal, fisikku tidak sesehat dulu lagi. Aku mudah merasa cemas dan terkena psikosomatis.
Kini ibuku telah pergi, namun kasih sayangnya selalu kurasakan hingga sekarang. Ibu, cintamu benar-benar tanpa akhir. I love you mom..
Tulisan ini diikutsertakan untuk memperingati hari Ibu bersama Kumpulan Emak Blogger.