Belajar Ikhlas
Ikhlas, satu kata dalam maknanya. Mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Kadang kita begitu terlalu mengharapkan sesuatu tetapi pada akhirnya apa yang kita harapkan dengan amat sangat itu tidak juga kita dapatkan. Rasa sedih, kecewa campur jengkel/ marah pasti akan menghampiri kita. Namun ada pereda rasa itu semua yaitu belajar ikhlas dan merelakannya dengan hati yang lapang. Percayalah kalau rejeki emang ga kemana. Kalau itu pada akhirnya ga baik untuk kita pasti Tuhan akan beri yang lebih baik kok. Percaya saja dan serahkan pada Tuhan karena ada 3 hal yang memang tidak bisa kita kendalikan di dunia ini dan hanya Tuhan saja yang bisa yaitu, jodoh, rejeki dan maut.
Kadang dalam hidup ini kita bertemu dengan orang-orang yang tidak menghargai kita, dan mungkin itu sempat menyita pikiran kita. “Kok tega ya dia bilang begitu? Kok orang itu sikapnya begitu ya pada saya? Padahal saya ga pernah nyalahi dia lho? Kok dia begini dan begitu ya sama saya?” Perasaan-perasaan kecewa seperti itu jika makin kita rasakan maka kita sendiri yang akan rugi. Kekecewaan akan sikap seseorang yang tidak sesuai dengan harapan kita akan dapat membuat hidup kita jadi ga sehat. Kesehatan kita bisa terganggu dengan banyaknya pikiran dan terlalu sensitive akan sikap seseorang. Dan ga adilnya lagi rasanya karena orang yang menyakiti dan mengecewakan kita hidupnya malah baik-baik saja. Bukankah kita yang rugi? Dobel rugi malah. Udah merasa dikecewakan plus sakit hati sendirian.
Kalau begitu kok enak ya orang yang menyakiti kita? Kalau begitu enak donk mengecewakan orang? Udah ga berasa salah tapi juga hidupnya baik-baik aja karena ga sadar sudah mengecewakan kita. Terkadang ada orang yang ga terima dengan sikap temannya yang bikin sakit hati itu lalu melakukan tindakan kriminal misalnya. Nah itu malah tambah runyam lagi masalahnya. Bisa kena tindak pidana. Yang seharusnya jadi korban malah jadi tersangka karena balas dendam.
Inilah ketidakadilan hidup yang kadang pernah dirasakan semua orang yang kurang bisa mengendalikan diri dan perasaannya. Lalu bagaimana nasib orang-orang yang dikecewakan tadi? Mau cari bukti ga ada, karena sudah dikecewakan hanya perasaan kita dan Tuhan yang tahu. Orang lain mana tahu apa yang kita rasakan?
Untuk menjawab semua ini hanya ada satu jawaban. Ikhas ketika kita dikecewakan dan jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Memang sulit. Serahkan saja semua masalah kita kepada Tuhan. Di dunia ini ada hukum tabur tuai. Siapa menabur yang baik pasti suatu saat akan menuai hal yang baik juga. Semua butuh proses ga bisa instan. Mungkin orang lain ga ngerti perasaan kita, tapi kan kita masih punya Tuhan yang mengerti dan peduli? Biarkan saja orang yang mengecewakan kita itu berlaku sesuka hatinya sendiri. Kalau kita mau bereskan langsung dengan bicara baik-baik dengannya secara terbuka dan empat mata.
Kita bisa berkata kepadanya, “Terus terang saja, aku tersinggung dengan sikapmu yang begini begini..” jadi dengan keterbukaan semacam itu kita ga menanggung beban pikiran sendiri. Dia juga jadi tahu letak salahnya. Keterbukaan akan membuat hati kita juga jadi lega. Tetapi seandainya orang yang mengecewakan kita itu acuh tak acuh meski kita sudah bicara baik-baik ya sudah berarti itu bagian Tuhan buat selesaikan dengan dia sendiri.
Suatu saat nanti dia juga akan dikecewakan oleh orang lainnya lagi. Yang penting kita ada di jalur yang benar saja. Hukuman Tuhan sendiri yang akan bekerja kok. Percaya saja. Mungkin ga sekarang, tapi Tuhan itu punya waktu yang tepat untuk menjalankan semua rencanaNya. Dan satu hal lagi jangan takut kalau Anda benar. Ketakutan hanya untuk orang-orang yang merasa salah tapi gengsi mengakui. Be happy, be healthy… salam blogger…
0 comments:
Post a Comment