Improvisasi Pendidikan di Indonesia dengan Media Digital


Jika di sekolah yang awalnya hanya ada papan tulis dan kapur kemudian berkembang dengan white board dan spidol, sekarang guru sudah mulai menggunakan layar OHP dan laptop dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar (KBM). Hal ini membuktikan bahwa kemajuan teknologi dalam hal ini media digital telah masuk ke dalam dunia pendidikan juga.


Pernahkah kita membayangkan jika suatu saat penggunaan media digital dalam proses belajar-mengajar bisa dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan dan kreativitas pemakainya? Dalam dunia pendidikan media digital adalah aset yang sangat berharga mengingat bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk SDM yang berkualitas.

Pendidikan adalah salah satu kunci untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang memiliki standar tinggi dalam suatu pencapaian. “Masyarakat seperti itu yang akan membentuk kultur baru yang lebih sophisticated. Sebuah kultur yang menghendaki kualitas terbaik dalam segala hal; baik dalam hal bisnis, pemerintahan, maupun penyediaan layanan masyarakat,” Ujar Razi Thalib, CEO dari Bridges & Balloons Digital Agency.


Klien dari Personal Branding Agency, Indscript Creative yang satu ini rupanya sangat memperhatikan dunia pendidikan. Media digital dapat dikembangkan menjadi sarana untuk mempermudah manajemen sekolah. Misalnya, sekolah dapat merancang sistem digital yang memungkinkan siswa dan guru mengisi buku absen secara online; yang digabung dengan sistem pengecekan, agar orangtua bisa tahu apakah anaknya bolos atau tidak. Atau misalnya sekolah menyediakan sistem akses yang membuat siswa dan orangtua mendapatkan catatan rapor dan aktivitas mereka setiap saat tanpa harus datang ke sekolah dan menjalani prosedur yang rumit.

Menurutnya hal itu akan menghemat banyak waktu serta praktis dalam hal manajemennya. Juga memudahkan pihak sekolah dan orangtua untuk segera mengambil langkah jika menemukan ada kecenderungan prestasi siswa menurun, atau ada masalah lain yang mengganggu interaksi mereka di sekolah.

Sekolah juga dapat mengembangkan media digital sebagai sarana menumbuhkan sikap kritis serta memperluas akses informasi dan ilmu pengetahuan bagi siswanya. “Sekarang ini hampir setiap siswa boleh dibilang dapat menggunakan internet. Namun apakah itu sudah dibarengi dengan tumbuhnya sikap kritis atau pengetahuan tentang bagaimana mengolah informasi? Saya yakin belum sepenuhnya mengarah ke situ.” Ujar Razi.

Pria  kelahiran tahun 1980 ini menghimbau agar para birokrat, guru, dan orangtua perlu mulai memberi ruang yang cukup bagi siswa karena selama ini ada kecenderungan para pengambil kebijakan dan pelaksana masih berusaha mempertahankan status quo; dengan menghambat akses informasi atau mengangkat orang-orang yang kualifikasinya dipertanyakan. Juga masih lazim terjadi, mereka tidak memperkenankan adanya kritik yang muncul dari siswa dan menutup pintu dialog. Padahal justru kedua hal itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan kritis.

Razi menambahkan, “Mau tidak mau dengan berkembangnya dunia digital serta kemudahan akses internet, siswa akan mendapatkan apapun yang mereka mau; termasuk jenis informasi yang destruktif. Oleh karena itu mereka perlu mendapat input tentang hal itu dari pihak sekolah dan orangtua. Bukalah kesempatan seluasnya bagi siswa untuk bertanya, mencoba, dan mengembangkan kemampuan nalarnya. Jelaskan dengan logika dan standar moral secara umum; serta hindari reaksi yang dogmatis; seperti melarang tanpa penjelasan tuntas. Gunakan media digital untuk mempermudah proses belajar-mengajar dan membantu siswa mendapatkan informasi yang relevan serta melakukan riset untuk tugas sekolah mereka. 

0 comments:

Post a Comment