Curahan Hati si Korban Perasaan
Kadang saya ingin dijauhkan dari orang-orang yang berusaha mempersulit saya atau bahkan memanfaatkan kelemahan saya. Saya bukan orang yang tega pada orang lain tetapi kadang orang yang tega pada saya. Itulah ketidakadilan yang sering saya rasakan dalam hidup. Memang tak bisa dipungkiri manusia memiliki berbagai macam karakter dan hidup dengan gesekan-gesekan yang terkadang sakit namun itu untuk pertumbuhan kedewasaan kita.
Saya pernah ada dalam satu pengharapan yang salah. Yaitu berharap kepada manusia. Dan apa yang saya dapat? Kekecewaan. Ya, sangat kecewa pastinya. Disitulah saya mulai menyadari bahwa jika kita tidak menaruh harap hanya kepada Tuhan maka kita hanya akan menemukan banyak kekecewaan demi kekecewaan yang bisa mengakibatkan kita mudah sakit secara psikis.
Orang yang menyakiti kita atau mengkhianati kita sih baik-baik saja ga mikiri keadaan dan perasaan kita. Tetapi sebaliknya kitalah yang nelongso/ menderita batin karena terus memikirkan bagaimana sikapnya pada kita.
Orang mudah datang dan pergi dalam hidup seperti angin lalu. Datang saat butuh dan pergi saat tak butuh lagi. Mudah juga membuat janji namun sering ingkar juga. Nah bagaimana bisa dipercaya orang seperti itu? Jika kita setia dalam hal kecil maka dalam hal besar pun juga akan dipercaya. Demikian pula sebaliknya. Apakah kita berharap orang percaya kepada kita jika kita rajin berbohong?
Saya jadi ingat kisah tentang anak yang suka berbohong. Ia selalu berteriak minta tolong karena mendapat musibah. Awalnya orang-orang di sekitarnya percaya dan berusaha menolong tetapi ketika sampai di TKP ternyata anak itu baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu yang menimpanya. Satu kali, dua kali, sampai tiga kali ia berbohong dan orang mulai merasa ditipu oleh ulahnya. Anda tahu apa akibatnya? Suatu saat anak itu benar-benar minta tolong namun sayang tak ada lagi orang yang mau percaya lagi padanya.
Menanamkan kepercayaan itu dasar dari sebuah hubungan. Jadi jika kita dipercaya, jangan nodai kepercayaan orang lain pada kita. Karena hal itu akan diingatnya selalu.
Jarang ada teman yang benar-benar tulus menjadi teman. Manusia memang saling membutuhkan, seperti simbiosis. Dalam bisnis ada simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) dan ada pula simbiosis parasitisme ( manusia jadi serigala bagi manusia lain/ TMT: teman makan teman).
Ya itulah hidup. Kita tidak bisa menentukan atau mengatur hak orang lain. Hanya bisa menjadi manusia sebaik-baiknya meskipun kadang orang mencurangi kita. Berbuat sesuka hatinya pada kita tapi kita harus ikhlas dan memaafkan. Memang rasanya sulit seperti menyangkal perasaan kita sendiri.
Orangtua saya pernah bilang, kalau kamu tidak suka pada orang itu ya dihindari saja. Kalau saya pikir bener juga ya daripada didekati tapi makan hati terus? Bukannya kita sendiri yang rugi? Kadang ketemunya sama orang kayak gini: manis di bibir tapi lain di bibir lain dihati. Nah ini yang bahaya. Karena itu sama kayak muka doble alias bermuka dua. Tapi saya heran juga kok bisa ya punya muka doble-doble gitu. Kelebihan khusus kayaknya. Pinter ngatur suasana hati juga. Dan saya yakin orang seperti ini adalah orang yang sabarnya luar biasa, karena dia bisa menahan marah agar terlihat tetap lembut, tapi didalam udah mulai dendam.
Wah akhir-akhir ini saya kok jadi kebanyakan analisa ya? Hehe.. hanya curahan hati saja. Menulis itu kan terapi jiwa biar ga stress atau dipendam dalam hati jadi penyakit kan mendingan dituangkan dalam tulisan. Setidaknya plong lah. Kadang orang hanya butuh didengar keluh kesahnya saja itu sudah cukup membantunya untuk melepaskan stress nah kebetulan ada teman yang seperti itu, ya siapa lagi kalau bukan blogku ini? Hehe..
0 comments:
Post a Comment