Hikmah dari Sedia Payung Sebelum Hujan

Kemarin kembali aku mengantar bapak check up ke RSU. Sampai disana pasien cukup ramai sehingga kami harus mengantri cukup lama untuk diperiksa dokter. Biasalah hari Senin, ga ada yang ga ramai. Begitu diperiksa dokter dan diberi resep perpanjangan obat, kami menuju ke apotik dan itu mengantri lagi. Lebih lama daripada mengantri di tempat praktek dokter. 

Cuaca mulai mendung dan hujan pun turun deras sekali. Karena banyaknya tempat duduk yang sudah ditempati orang, aku mengantri sambil berdiri dan kedinginan karena hujan. Dalam hati sudah tak sabar pengen cepat pulang, tapi apa daya belum dapat obat.

Sampai jam makan siang lewat, hujannya masih belum reda. Sedangkan aku takut HP kena air hujan dan ada surat-surat penting yang kubawa ke rumah sakit jadi aku putuskan buat bapak naik becak bersama barang bawaanku, sedangkan aku naik sepeda sendiri. 

Aku memanggil tukang becak seadanya. Kami nego harga dan akhirnya setuju. Hujan cukup deras namun aku harus terus mengayuh sepeda agar cepat sampai dirumah, sedangkan bapakku naik becak dari belakang. 

Sesampainya di rumah, aku masuk hendak mengambil payung untuk bapakku dan beliau membayar uang becaknya. Tiba-tiba tukang becaknya berteriak kepadaku dan meminta uang tambahan. Ga tanggung-tanggung dia minta 2x lipat dari perjanjian semula. Kaget rasanya kok tega dia fitnah aku katanya perjanjian awalnya harga 2x lipat itu. Bapakku juga menyalahkanku dikiranya aku tidak menawar tadi. Pengen rasane tak rekam pake HP waktu perjanjian awal tadi. 

Sayangnya hari sedang turun hujan. Daripada ribut di luar, mau tak mau akhirnya aku beri dia uang tambahan yang dia minta meskipun rasanya seperti ditipu. Anggap saja dia kurang berkat. Memang ga seberapa sih uangnya, tapi ulahnya yang bikin ribut itu yang aku ga suka. Jika bukan karena hujan dan lupa bawa payung ga mungkin naik becak. Pelajaran berharga hari ini, sedia payung sebelum hujan biar ga “digebuk”tukang becak.

0 comments:

Post a Comment