Menantikan Anugrah Tuhan
Kekhawatiran seorang ibu adalah jika anaknya sakit, kekhawatiran seorang anak yang sudah beranjak dewasa adalah ketika orangtua tunggal mereka sakit juga. Saya sering merasa was-was akan kondisi kesehatan bapak. Saya selalu berharap bapak saya sehat-sehat selalu. Asal mengeluh sedikit saja, pikiran saya sudah kemana-mana. Usia bapak saya 78 tahun tapi secara medis beliau hanya punya riwayat sakit paru . Mungkin karena dulu sering kena angin malam. Makan normal, gula normal, tekanan darah memang agak rendah.
Keluhan terbesar bapakku yaitu sering sesak nafas dan kehilangan nafsu makan tiba-tiba. Kalau sudah kumat, mulai rewel pasti saya mulai cemas. Maklum cuma berdua di rumah, jadi harus saling menguatkan. Entah mungkin karena saya begitu khawatirnya setiap bangun tidur saya selalu melihat apakah keadaan bapakku hari itu baik? Jika sedang makan saya juga perhatikan apakah beliau makan dengan lahap? Kalau makannya sudah mulai aras-arasen/ malas wah alamat pasti ini gampang masuk angin. Atau jika bersin-bersin pasti bentar lagi beliau akan kena flu dan berujung pada tidak nafsu makan lagi.
“Jangan sekarang ya Tuhan.” Itulah doa saya setiap kondisi bapakku menurun. Saya juga kadang merasa jengkel dan marah dengan keadaan jika terjadi sesuatu dengan kesehatan beliau. Entah mengapa Tuhan sepertinya sedang menunda rencanaNya untuk memberikan saya pendamping hidup. Pikir saya jika ada pendamping hidup saya tak akan secemas ini karena ada yang ikut memikirkan dan menemani saya. Tapi di saat seperti itu rupanya Tuhan ingin saya selalu mengandalkan Tuhan.
Pagi ini saya tak sengaja menangis saat doa pagi dan menyanyikan lagu pujian “Bersama Sahabat"
Saat kubuka mataku
Dan kuhirup nafasku
Ada kehidupanMu di dalamku
Walau kadang tak tahu
Rahasia jalanMu
Dan keputusan dariMu
Namun aku t'rus percaya
Reff:
Ku berjalan bersama Sahabatku
Lalui terjal kehidupan
Ku tak takut, tak kuragu
S'bab cintaMu
Ku berjalan bersama Sahabatku
Jalani kelam kehidupan
Bersama Sahabat
Hanya Tuhan yang sanggup memberikan damai sejahtera yang sempurna dan abadi. Kadang manusia begitu mengecewakan, tidak bisa diandalkan dan diharapkan, itulah alasan mengapa saya hanya berharap kepada anugrah Tuhan saja. Bukan dengan kekuatan saya sendiri. Saya mungkin bisa mendapatkan cowok sembarang tapi apakah benar itu dari Tuhan atau karena keterpaksaan? Kadang saya berpikir, manusia itu kan mudah berubah, lalu bagaimana jika suatu saat dia berubah setia? Itulah pentingnya komitmen, janji sebelum menikah akan setia dalam keadaan suka dan duka.
Betapa saya sangat dan harus benar-benar tanya Tuhan tentang jodoh saya. Saya punya bapak yang setia, saya juga ingin mendapatkan pasangan hidup yang setia dan punya kasih Bapa. Saya berharap bapak saya tetap sehat dan kuat sampai saya menikah dan punya anak. Inilah pergumulan terbesar saya.
0 comments:
Post a Comment