Diary Zombigaret : Kanker Mulut Gara-gara Si Garet
Ini fotoku sebelum dan sesudah merokok. Waktu muda dulu aku ganteng kan? (meskipun paling ganteng serumah karena aku cowok sendiri). Aku jadi coverboy dan sangat tenar setidaknya di sekitar lingkungan RT-ku saja dan banyak gadis termehek-mehek karena kegantenganku. “Muda kaya, tua foya-foya, mati masuk surga” adalah motoku saat itu.
Ilustrasi penulis sendiri |
Tapi masa lalu tetaplah masa lalu. Penyesalan selalu datang terlambat. Ini semua gara-gara si garet, makanya aku sekarang jadi zombie. Orang-orang menyebutku Zombigaret, ya zombie karena si garet.
Dulu aku hobby ngebul. Tiap hari ngebul, bahkan aku kuat tidak makan seharian asal ada rokok yang setia menemaniku. Aku tidak peduli dengan lingkungan sekitarku yang terganggu dengan asap rokokku. Yang penting happy dan aku bisa terus ngebul. Aku mengabaikan himbauan stop merokok di pamflet-pamflet pinggir jalan ataupun di bungkus rokok itu sendiri.
“Ah teori,” itulah kata yang terucap di bibirku saat aku membaca tulisan “Merokok Membunuhmu”
“Siapa kamu ngatur-ngatur hidupku?” itulah kata yang terlontar dari bibirku ketika ada orang yang memperingatkanku untuk berhenti merokok.
Sebenarnya dulu aku suka rokok awalnya karena coba-coba. Kebetulan ada teman ngopi bareng yang nawari rokok. Kata temanku merokok bisa bikin suasana hati rileks. Kelihatan cowok banget kalau merokok, kalau ga ngrokok katanya banci. Aku kan bukan banci. So, aku mulai nyoba deh tuh rokok meski baru rokok jenis tingwe (nglinthing dewe).
Temanku hanya menertawakanku ketika tahu aku terbatuk saat mencoba rokok pertama kali. “Ah, itu biasa. Nanti lama-kelamaan kamu pasti terbiasa bahkan nagih lagi,” Kata temanku.
Kalau ga ngebul ga hidup rasanya. Bagai makan sayur tanpa kuah. Garing bo! Kalau bisa ngebul rasanya hidupku lebih berwarna. Sebatang, dua batang, “Wah oke juga nih. Eh, beneran lho aku ketagihan terus dan terus. Rata-rata sehari aku bisa menghabiskan 20 plat” (busyet banyak banget ya, :D becanda, tapi nolnya ilang satu ding). Rokok teman ngopiku. Kalau pikiranku lagi suntuk karena banyak hutang aku mabok miras di warung dan ngebul sambil denger musik dangdut. “Wuih, sedap! Tarik mang….”
Abis itu pikiran langsung fresh. Mau nyobain juga? :D mendingan jangan deh. Memang sih awalnya nikmat tapi ujung-ujungnya sengsara kayak aku sekarang ini. Aku baru ngerasa kena dampak negatif dari ngebul setelah aku mengalami gejala-gejala tidak beres pada beberapa bagian tubuhku.
Awalnya cuma sariawan biasa. Aku pikir wajar karena kurang vitamin C. Masalahnya sejak aku ngebul aku kan jarang makan tuh, ya mungkin aku kena maag jadi kalau kena vitamin C agak mual. Jadi, aku menghindari makanan yang kecut-kecut. Eh, malah kurang vitamin C.
Tapi ternyata udah lebih dari sebulan, sariawanku ga sembuh-sembuh juga bahkan sampe pendarahan. Ga cuma itu aja, mulut dan bibirku rasanya nyeri-nyeri semua. Lihat nih gigiku juga pada ilang semua. Kemudian timbul benjolan di tenggorokanku. Lama kelamaan aku jadi susah menelan makanan, suaraku jadi serak, mulutku berbau, dan aku sulit bicara hanya bisa menulis semua ini di diaryku.
Kata dokter, aku terkena kanker mulut akibat merokok. Sekarang aku jadi Zombigaret. Merokok sungguh tidak baik bagi kesehatan dan itu bukan sekedar teori atau isapan jempol semata. Akulah buktinya. Jangan sampai kalian mengalami apa yang aku alami. Putuskan segera hubunganmu sama rokok, sekarang! Hiduplah dengan sehat sampai masa tuamu. Merokok tidak akan membuatmu keren malah “kere” (miskin) karena uangmu habis buat berobat kalau sudah sakit sepertiku.
Dan yang paling aku sesali, gara gara si garet ini wajah gantengku berubah total 180 derajat. Tidak ada lagi yang mau mendekat padaku. Aku habiskan hari-hari sepiku bersama penyakit kanker ini. Aku sudah tidak tertolong lagi. Hanya tinggal menunggu ajal menjemputku.
Sampaikan pesanku pada teman-temanmu yang masih setia dengan si garetnya. Stop buat yang sudah kecanduan rokok dan jangan coba-coba ngebul kalau ga mau kena kanker mulut!
Jumlah kata : 600
Dulu aku hobby ngebul. Tiap hari ngebul, bahkan aku kuat tidak makan seharian asal ada rokok yang setia menemaniku. Aku tidak peduli dengan lingkungan sekitarku yang terganggu dengan asap rokokku. Yang penting happy dan aku bisa terus ngebul. Aku mengabaikan himbauan stop merokok di pamflet-pamflet pinggir jalan ataupun di bungkus rokok itu sendiri.
“Ah teori,” itulah kata yang terucap di bibirku saat aku membaca tulisan “Merokok Membunuhmu”
“Siapa kamu ngatur-ngatur hidupku?” itulah kata yang terlontar dari bibirku ketika ada orang yang memperingatkanku untuk berhenti merokok.
Sebenarnya dulu aku suka rokok awalnya karena coba-coba. Kebetulan ada teman ngopi bareng yang nawari rokok. Kata temanku merokok bisa bikin suasana hati rileks. Kelihatan cowok banget kalau merokok, kalau ga ngrokok katanya banci. Aku kan bukan banci. So, aku mulai nyoba deh tuh rokok meski baru rokok jenis tingwe (nglinthing dewe).
Temanku hanya menertawakanku ketika tahu aku terbatuk saat mencoba rokok pertama kali. “Ah, itu biasa. Nanti lama-kelamaan kamu pasti terbiasa bahkan nagih lagi,” Kata temanku.
Kalau ga ngebul ga hidup rasanya. Bagai makan sayur tanpa kuah. Garing bo! Kalau bisa ngebul rasanya hidupku lebih berwarna. Sebatang, dua batang, “Wah oke juga nih. Eh, beneran lho aku ketagihan terus dan terus. Rata-rata sehari aku bisa menghabiskan 20 plat” (busyet banyak banget ya, :D becanda, tapi nolnya ilang satu ding). Rokok teman ngopiku. Kalau pikiranku lagi suntuk karena banyak hutang aku mabok miras di warung dan ngebul sambil denger musik dangdut. “Wuih, sedap! Tarik mang….”
Abis itu pikiran langsung fresh. Mau nyobain juga? :D mendingan jangan deh. Memang sih awalnya nikmat tapi ujung-ujungnya sengsara kayak aku sekarang ini. Aku baru ngerasa kena dampak negatif dari ngebul setelah aku mengalami gejala-gejala tidak beres pada beberapa bagian tubuhku.
Awalnya cuma sariawan biasa. Aku pikir wajar karena kurang vitamin C. Masalahnya sejak aku ngebul aku kan jarang makan tuh, ya mungkin aku kena maag jadi kalau kena vitamin C agak mual. Jadi, aku menghindari makanan yang kecut-kecut. Eh, malah kurang vitamin C.
Tapi ternyata udah lebih dari sebulan, sariawanku ga sembuh-sembuh juga bahkan sampe pendarahan. Ga cuma itu aja, mulut dan bibirku rasanya nyeri-nyeri semua. Lihat nih gigiku juga pada ilang semua. Kemudian timbul benjolan di tenggorokanku. Lama kelamaan aku jadi susah menelan makanan, suaraku jadi serak, mulutku berbau, dan aku sulit bicara hanya bisa menulis semua ini di diaryku.
Kata dokter, aku terkena kanker mulut akibat merokok. Sekarang aku jadi Zombigaret. Merokok sungguh tidak baik bagi kesehatan dan itu bukan sekedar teori atau isapan jempol semata. Akulah buktinya. Jangan sampai kalian mengalami apa yang aku alami. Putuskan segera hubunganmu sama rokok, sekarang! Hiduplah dengan sehat sampai masa tuamu. Merokok tidak akan membuatmu keren malah “kere” (miskin) karena uangmu habis buat berobat kalau sudah sakit sepertiku.
Dan yang paling aku sesali, gara gara si garet ini wajah gantengku berubah total 180 derajat. Tidak ada lagi yang mau mendekat padaku. Aku habiskan hari-hari sepiku bersama penyakit kanker ini. Aku sudah tidak tertolong lagi. Hanya tinggal menunggu ajal menjemputku.
Sampaikan pesanku pada teman-temanmu yang masih setia dengan si garetnya. Stop buat yang sudah kecanduan rokok dan jangan coba-coba ngebul kalau ga mau kena kanker mulut!
Jumlah kata : 600
0 comments:
Post a Comment