Tidur di Toilet Gereja

    Waktu pertama kali saya dapat panggilan kerja di Semarang, saya hanya bawa sedikit uang pemberian bapak. Jujur ini pengalaman pertama saya pergi sendirian keluar kota. Karena saya ini pemabok sejati kalau naik bus, makanya saya pilih travel sebagai sarana transportasi kesana. 

   Duduk di depan dan pilih bangku samping pak sopir biar ga mabok. Perjalanan dari Blora ke Semarang sekitar 3-4 jam. Sampai disana aku cari kos yang dekat dengan gereja. Dapatlah sebuah kos yang kecil. Sekamar diisi 6 orang, ga ada AC adanya AB (angin brobos). 

    Tapi tahu sendirilah yang namanya Semarang puanase ga kayak di Blora. Mungkin karena aku terbiasa di Blora jadi agak kaget ketika harus beradapatasi dengan suhu di sana. Emang sih kosku itu murah banget, tapi sesuai sama tempatnya. Lingkungannya agak kumuh dan jalan di depan kosku itu sempit banget. Kalau malam di kamar itu kayak direbus rasanya. Keringat gemrobyos, ini kamar apa display neraka? Mana temen-temennya kalau tidur sudah kayak ikan asin dijemur. 

    Saking ga betahnya, aku keluar kamar dan milih tidur di sofa ruang tamu. Ternyata muncul gangguan baru. Di sofa itu kakiku digigit tikus. Banyak juga coro di sekitar ruangan itu yang tiba-tiba nggremet di kaki. Ya mau bagaimana lagi uang juga ngepas, belum gajian. Jadi mau tak mau harus bersabar. Di kos itu kebanyakan anak SMF dari berbagai kota, ada yang dari Jakarta, Solo, Medan, Surabaya, dll. Tapi aku heran kok mereka betah tinggal di kamar itu. Kamarku tadinya di loteng dengan tangga kayu. 

    Karena aku tidur di sofa, teman-teman kosku merasa aku ini aneh, “Mbak Susan kok bobo e di sofa to, bayar e podo kok tidur di sofa.” 

    “Ah, gapapa mbak saya lebih nyaman di sini daripada di dalam. Asli.. panas,” sahutku.

    Suatu ketika saya kena tifus dan butuh istirahat. Badan rasanya capek semua tapi ga bisa tidur, karena sofanya dipakai pacaran sama temenku sampai larut malam. Sedih dan hanya bisa berdoa. 

    Malam itu aku pergi ke gereja bawa jaket buat alas tidur. Di gerejaku banyak toilet dan toiletnya itu bersih sekali. Jadi aku putuskan malam itu aku menginap di toilet gereja. Aku naik ke lantai 3 gereja dan tidur di toiletnya sambil berdoa, “Ya Tuhan, biarpun aku tidur di toilet rumahMu rasanya lebih nyaman daripada di kos. Aku pengen pindah kos. Tolong ah Tuhan carike kos kosan yang sekamar sendirian dan bersih agar aku nyaman tidurnya. Amin.” 

     Setelah aku berdoa, aku mendengar suara koster gereja mulai naik ke lantai 3 dan mengunci seluruh ruangan, kecuali toilet ga dikunci. Aku agak takut kalau ketahuan dan diusir. Untunglah ga ketahuan dan malam itu aku benar-benar tidur di toilet beralasakan koran dan jaket sebagai bantal. Dingin gak? Sejuk daripada kepanasan. 

    Kira-kira jam 3 pagi aku bangun dan turun kebawah, ada doa pagi disana. Aku tunggu sampai doa nya selesai dan banyak orang keluar gereja aku nyelonong ikut-ikutan keluar agar disangka abis doa pagi. Fiuh, lumayan menegangkan karena curi-curi kesempatan seperti ini.

    Sebulan kemudian, saat aku mengantar undangan rapat gereja ke rumah salah seorang jemaat, Tuhan menjawab doaku. Di rumahnya ternyata buka kos-kosan. Rumahnya bersih dan ada 1 kamar yang lumayan kecil buat kusewa. Harganya juga terjangkau dengan gajiku. Meskipun dekat dengan toilet tapi itu tidak masalah buatku. Terima kasih Tuhan, Kau telah menjawab doa yang kupanjatkan meski di dalam toilet. Tak ada yang tahu kisah ini sampai aku menulisnya di blog :)

0 comments:

Post a Comment