Menghargai Waktu Orang Lain

      Dulu saya suka bertanya kepada seseorang tentang sebuah cara, hingga akhirnya sebuah jawaban terlontar “Mbak, cari saja di google ya!” 

     Waktu saya mendapat jawaban seperti itu ada sedikit rasa kecewa di hati saya. Tetapi lambat laun saya pun akhirnya mengerti kenapa dia berkata seperti itu. Ternyata dulu saya egois tanpa saya sadari. Saya mengkondisikan diri saya sebagai orang yang membutuhkan jawaban praktis dan saya menganggap teman yang saya tanyai itu adalah “robot/kamus/ klinik 24 jam nonstop yang bisa dengan mudah saya tanyai kapanpun saya mau.” 

    Disinilah letak keegoisan saya awalnya. Saya lupa bahwa mereka juga manusia dan punya kesibukan sendiri, jadi tidak 100% bisa standby di depan komputer hanya untuk membantu saya. Sebagian besar teman-teman saya adalah ibu-ibu dan mereka punya kesibukan layaknya ibu rumah tangga & wanita karier namun produktif dalam menulis. Dan terkadang lampu obrolan di facebook menyala. Tapi jangan dikira dengan nyalanya lampu obrolan artinya mereka standby di depan komputer dan melototin inbox. Tidak selalu begitu. 

    Ketika kita ingin jawaban praktis kita lupa kalau orang yang kita tanyai itu juga harus menyisihkan waktunya untuk bekerja dan untuk menjawab pertanyaan kita yang kadang sudah ada jawabannya kalau kita mau sedikit "repot" berusaha mencari toh untuk kepentingannya sendiri kan? 

    Saya sendiri pakai 2 media ketika online, satunya PC dan satunya HP. HP saya bisa dipakai internetan dan menyala (always on) meski saya sedang tidur. Jadi kebanyakan orang berpikir bahwa saya online terus dan tak ada istirahatnya. Bahkan ada yang bertanya kepada saya, “Kamu kok online terus to? Ga kerja apa?” 

   Kalau sudah bahas masalah itu rasanya mulai agak sensi saya, lha saya kan kerjanya online. Dipikir mainan facebook setiap hari seperti orang ga punya kerjaan lain? Rasanya pengen jelasin tapi kok ya percuma jadinya singkat saya jawab pake always on nya tri. Teman saya pernah bilang jangan selalu ingin dimengerti oleh orang lain dan berusahalah mengerti orang lain. 

   Sehubungan dengan hal ini akhir akhir ini saya agak terganggu dengan banyaknya pertanyaan tentang GERD yang mana untuk menjawabnya sudah saya tulis semua di blog saya ini. Banyak pasien GERD yang bertanya kepada saya tips-tips buat sembuh. Awalnya saya sediakan waktu untuk menjawab mereka baik lewat sms maupun telepon, tapi lama kelamaan yang bertanya makin banyak, padahal mungkin gejala mereka lebih ringan dibanding saya dulu. 

    Untuk mengatasi rasa capek saya menjawab setiap pertanyaan, akhirnya saya coba tulis diblog semuanya dari awal saya sakit, gejala yang saya rasakan hingga makanan pantangan sampai tips tipsnya komplit beserta cara sembuhnya saya. Tapi tetep saya tidak bisa menyamakan kondisi setiap orang dengan kondisi saya, dan obat obat yang saya minum juga tidak bisa saya rekomendasikan ke mereka karena takut tidak cocok, saya hanya berbagi pengalaman apa yang saya alami. 

   Saya rasa sudah cukup semua penjelasan yang saya tulis di blog. Saya bukan dokter dan saya merasa kewalahan dengan semua pertanyaan itu, Mengapa tidak mau membaca tulisan saya di blog saja? Malas membaca atau lebih suka mendengarkan langsung? Bukannya mau sombong atau apa, saya juga manusia dan punya batas kelelahan tersendiri. Saya menulis di blog tujuannya supaya tidak berulangkali menjelaskan kepada masing-masing orang. Bukankah ada dokter yang sudah menangani pasiennya sendiri? 

   Saya mohon maaf sekali jika saya tidak bisa lagi melayani pertanyaan tentang GERD. Tolong hargai orang lain juga. Jangan ingin dimengerti terus tapi mengertilah keadaan orang lain juga. Kini saya memahami bahwa kita harus jadi orang yang mandiri tidak selalu ingin ditatih untuk berjalan. Saya sungguh tidak ingin stress lagi dengan terlalu mengkuatirkan keadaan orang lain seperti dulu. Bahkan sebenarnya mereka itu sudah punya solusi yang tidak mereka sadari dan lebih yakin kalau dimotivasi orang lain. 

    Jika tak ada seorang pun yang bisa dimintai motivasi mengapa tidak mencoba memotivasi diri sendiri? Karena kesembuhan semuanya datang dari diri sendiri mau niat sembuh atau tidak, ada harga yang harus dibayar. Artinya mau sembuh tapi makan ga mau dijaga, pikiran stress terus, maunya makan enak tapi ga kambuh supaya bisa makan sembarangan lagi. Fisik kita terbatas. Dan kondisi tiap orang hanya orang yang bersangkutan yang tahu. Tanya si boleh tapi kira kira donk :)

0 comments:

Post a Comment