Aku Cemaskan Kondisi Bapakku
Kondisi bapakku cukup membingungkan. Aku jadi sering ga konsen menulis dan lebih banyak browsing tentang penyakit bapakku di internet. Gejala yang dialami bapakku diantaranya :
- Udah mulai malas ngapa-ngapain
- Malaise/ badan terasa lemah
- Nafsu makan berkurang atau kadang doyan-kadang nggak
- Meriang hilang timbul
- Nafas sesak dan kadang ngos-ngosan bila sedang panic/ capek
- Tanpa batuk
- Dahak tidak bisa keluar
- Badan terasa pegal hingga ditempeli koyo cabe
- Berat badan turun terus
Jika diingat kembali riwayat penyebab bapakku sakit TB karena dulu waktu masih muda bapakku pernah jadi perokok pasif, bergaul di lingkungan teman-temannya yang perokok. Sering kena angin malam, tidur di tempat yang lembab, dan kurang menjaga kebersihan.
Kadang susah juga menasihati orang lanjut usia untuk menjaga kebersihan. Kadang butuh kesabaran ekstra dan berulangkali membujuk bapakku untuk memperhatikan makanannya, tempat makannya, dan obat yang diminum. Ada rasa gregetan juga kalau ada makanan tidak segera habis atau sampai lama ga dimakan-makan. Dibuang sayang, diberikan orang sudah terlambat sudah tidak layak makan. Kalau aku ingatkan bapak itu sudah basi/ kadaluwarsa, bapakku pasti ngeyel. "Ah masih bisa dimakan, ora popo iki" - arggghhhhh!!!! Aku memang paling cerewet kalau makanan sampe disimpan berhari-hari.
Bapakku sempat Berobat TB dan pernah putus obat lalu jadi MDR TB. Dirujuk ke BP4 Pati baru control 2x kata dokternya ga bisa sembuh akhirnya balik lagi ke puskesmas. Cuma dikasih OBH dan obat generik kayak batuk biasa. Lama tidak berobat dan ga ngecek lagi sudah bersih atau belum TBnya dan karena sering mengeluh sesak nafas akhirnya aku bujuk berobat lagi ke rumah sakit.
Aku ngurus surat rujukan dari puskesmas ke rumah sakit untuk minta rontgen paru. Karena kelalaian petugas puskesmasnya untuk setempel surat rujukan puskesmas membuatku pulang pergi bolak balik puskesmas rumah sakit naik sepeda berkejaran dengan waktu karena setengah jam lagi loket pendaftaran rumah sakitnya akan tutup.
Setelah balik ke rumah sakit sambil bawa surat rujukan yang sudah distempel dan menjalani rontgen ternyata hasilnya kondisi paru bapak makin parah
dan dokter merujuk ke RS di Solo. Sampai disana kami ditolak dengan alasan tidak melampirkan hasil laborat dahak dan seandainya dahaknya tidak BTA (+) juga tidak diterima dengan alasan tidak sesuai prosedur.
kesan : TB Pulmo lesia luas dengan tanda aktif |
dan dokter merujuk ke RS di Solo. Sampai disana kami ditolak dengan alasan tidak melampirkan hasil laborat dahak dan seandainya dahaknya tidak BTA (+) juga tidak diterima dengan alasan tidak sesuai prosedur.
Kami kembali ke Blora dengan tangan hampa, konsultasi lagi dengan dokter di Blora dan beliau akhirnya membuat lagi surat rujukan ke dokter di RSUP kariadi Semarang dan milih yang swasta saja (biaya sendiri) agar lebih cepat penanganannya/ tidak ribet dengan prosedur.
Belajar dari pengalaman di Solo, aku berusaha untuk kontak dokternya via email dulu supaya efisien waktu. Untungnya langsung dibalas, aku tanya apa bisa konsul kesana tanpa BTA-BTA nan. Aku tunjukin foto rontgen bapak dan dia bilang harus CT Scan, lalu kami ditanya soal hasil ureum, kreatinin, dan glukosa sewaktu. Besoknya aku kembali ke rumah sakit lagi dan memeriksakan darah bapak di lab. Setelah keluar hasilnya aku email lagi ke dokter di Semarang dan beliau mengatakan jika kondisi bapakku baik bisa langsung di CT Scan.
Kendala muncul yaitu masalah biaya. Selama ini kami pakai jamkesda, dan aku memperoleh informasi jika sekarang jamannya BPJS. BPJS juga cover CT Scan. Tapi karena kami konsulnya ke dokter swasta katanya tetep nombok meski pake BPJS, kalau pakai cara periksa yang ke umum dokternya belum tentu dokter ini karena giliran, dan pasti yang jadi andalan BTA lagi. Mending kalau dahak bapakku bisa keluar, lah ini ga bisa sama sekali. Entahlah mungkin memang harus nombok atau ada BPJS yang cover semua tanpa diminta BTA?
Capek dengan prosedur sedangkan keselamatan bapakku sangat kuutamakan dan biaya jadi kendala. 6 jam sebelum di CT Scan harus puasa dulu. Kami belum sempat ke Semarang karena masih mengurus BPJS di Blora. Semoga penyakit bapakku segera ketahuan dan bisa segera ditangani. Untuk sementara aku masih mengusahakan agar bapakku makan makanan yang bergizi, mengandung karbohidrat dan protein, minum jus buah segar setiap hari, dan berjemur. Dan karena saking cemasnya, setiap malam saat bapakku sedang tidur aku selalu menjenguk bapakku di kamarnya kalau kalau ada keluhan tiba-tiba. Aku selalu menanyakan kondisinya, makannya, dan sakitnya. ini sudah cemas tingkat dewa rasanya. Adakah saran pembaca yang budiman tentang apa yang harus saya lakukan?
0 comments:
Post a Comment