Hasil CT Scan Bapakku
Hari yang dinantikan tiba, Aku sengaja mandi lebih pagi agar bisa bersiap untuk mengantar bapakku ke ruang CT Scan. Rencana CT Scan jam 7/ 8 tapi perawat baru menjemput jam 09.30 WIB mungkin masih antri. Bapakku berbaring di tempat tidurnya sambil didorong masuk ke lift untuk naik ke lantai 3. Aku dan adikku mengikuti dari belakang. Baru kali ini aku tahu kalau CT scan itu ternyata memakan waktu sejam.
Siang harinya bapak diperbolehkan pulang. Hasil lab baru akan keluar keesokan harinya. Jadi hari itu kami berkemas dan pulang ke kos adikku. Besok aku harus mengambil hasilnya di ruang perawatan. Karena jadwal kontrol dokter 5 hari lagi jadi kami memutuskan untuk tinggal lebih lama di Semarang dulu daripada bolak balik Blora. Setelah menyelesaikan administrasi kami menuju ke kos adikku. Dengar-dengar biaya CT scan berkisar 3.5 jeti. Tapi oleh kemurahan Tuhan, it’s free for us.
Kami dijemput adikku dan temannya naik brompit lagi. Hari itu di kos an adikku aku berkenalan dengan teman-temannya. Di lantai 3 ada 3 orang cowok, di lantai 2 juga ada 3 cowok. Jadi selama 5 hari itu aku tinggal bersama 6 orang cowok di kos an adikku. Keesokan harinya aku diantar adikku mengambil hasil CT Scan dan lab. Dan inilah hasilnya :
Pemeriksaan Hematologi Gol. Darah A Rhesus (+)
Kimia klinik :
Ureum 18.5 mg/ dL (15.0 – 38.5)
Kreatinin 0.8 mg/dL (0.8-1.3)
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Makroskopik :
Diterima sediaan hapus FNA 4 slide
Mikroskopik :
Sediaan dari FNA transthoracal, berupa 4 slide preparat hapus:
Sebaran difus eritrosit, sebaran moderat lekosit pmn
Didapatkan kelompok-kelompok jaringan nekrotik
Bersebukan sel radang limfosit dan lekosit pmn
Tak didapatkan sel ganas pada sediaan ini
Kesimpulan FNA Transthoracal : Radang non spesifik
Pemeriksaan mikrobiologi, pengecatan Ziehl Nielsen Sample FNA BTA (-) negative
Pemeriksaan CT scan Thorax dengan kontras multiplanar :
Mediastinum cenderung tertarik ke kiri
Jantung dan pembuluh darah besar
Atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan normal, ventrikel kiri tak membesar
Septum interventrikel tak menebal
Myocard tak menebal
Setinggi trunkus pulmonal
kaliber aorta ascenden, aorta descenden, trunkus pulmonal dan vena cava superior normal,
descenden ascenden ratio normal
Tak tampak pembesaran KGB
Tak tampak efusi pericard
Tak tampak massa mediastinal
Kedudukan trachea normal, lumen tak tampak menyempit, tak tampak penebalan dinding
Paru:
Tampak volume loss paru kiri dengan infiltrate pada apeks dan basal paru disertai kalsifikasi
Tampak infiltrate prominent apeks paru kanan serta infiltrate tersebar
Bronkus utama kanan kiri tak menyempit, tampak pelebaran focal cabang-cabang bronkus kanan kiri
Tak tampak massa paru
Pleura basal kiri tampak menebal dengan collecting fluid
Tak tampak destruksi tulang
Kesan :
Cenderung KP lama dengan infeksi sekunder disertai bronchiectasis dan pleuritis basal hemithorax kiri.
Selasa berikutnya 2 Juli, 2014 kami kembali mengantri dokter dari jam 8 pagi sampai 5 sore, untuk mendapat jawaban dokter. Kata dokter bapakku memang pernah kena flek paru tapi itu sudah sembuh, hanya saja bekas fleknya menimbulkan kerusakan paru yang sulit disembuhkan.
Dokter memberi bapakku obat hisap namanya Seretide DIskus Salmetrol xinafoate fluticasone propionate . Alat ini berisi tepung (serbuk warna putih) cara memakainya ditempelkan di mulut dan hisap/ tarik nafas tahan selama 5 detik dan hembuskan pelan-pelan. Rasanya manis dan 1 wadah berisi 60 obat. Sekali dibuka nomernya akan berkurang 1. Sehari 2x pagi dan sore. Harga obat ini Rp. 184.999,-
Selain itu bapak juga diberi kapsul berisi aminophyllin 200 mg dan salbutamol 4 mg yang terdapat dalam 1 kapsul. Hanya untuk 20 hari saja. Harus diminum rutin.
Kebayang aku harus bolak balik Blora - Semarang selama 6 bulan untuk obat ini jika di blora tak ada obat ini. Memperhatikan jadwal minum obat bapakku memang sangat menantang buatku. Tak hanya itu saja, aku juga harus mengatur waktu dan mengurus surat tepat waktu agar tidak blong obatnya. Hmm… benar-benar butuh perhatian ekstra...
0 comments:
Post a Comment