Jangan Mudah Kecewa
Semua orang pasti pernah kecewa atau mengecewakan orang lain. Hal seperti itu seakan terjadi begitu saja. Kita ga bisa mengendalikan segala sesuatu seperti yang kita mau. Kita juga ga bisa memaksa orang lain untuk menuruti apa yang kita kehendaki.
Kekecewaan biasanya terjadi saat kita terlalu berharap kepada orang lain. Katakanlah pamrih. Kita memberi sesuatu pada orang lain dan berharap orang tersebut membalas perbuatan baik kita itu dan apabila orang yang kita harapkan tadi tidak membalas kebaikan kita maka tanpa sadar sudah menjadi kecewa.
Ada orang yang bikin status di facebook mengeluh karena saat dia diminta ngevote/ like sebuah kuis yang diikuti temannya dia dengan gampang memberikan like. Tapi ketika giliran dia yang minta vote/ like eh teman yang diharapkan tadi ternyata “agak pelit” kasih vote. Trus dia nyindir temannya ini di facebook. Berharap teman yang dimaksudnya ini sadar kalau apa yang dilakukannya itu salah karena telah mengecewakannya. Ya kalau temannya itu sadar/ baca statusnya. Nah kalau cuek aja gimana? Apa ya ga dia sendiri yang rugi/ sakit hati? Apa dengan menulis status seperti itu temannya langsung minta maaf dan ngasih like?
Intinya kita tidak bisa memaksa orang lain karena, itu hak masing-masing orang. Nah, bagaimana caranya agar kita tidak mudah kecewa terhadap sikap orang lain pada kita? Pertama kita harus ikhlas menerima sikap orang tersebut, menyadari bahwa oh ya orang kan beda karakter, namanya juga manusia, ah wong orang ga cuma satu aja kok, masih banyak orang lain yang mungkin mau memberikan votingnya pada sebuah kuis yang kita ikuti.
Dan jangan pernah berharap sama manusia, tetapi daripada kecewa pada harapan yang sia-sia mengapa kita tidak berdoa saja kepada Tuhan sebagai Sang Sumber Berkat itu sendiri? Tuhan itu sendiri yang akan memberkati kita dengan caraNya yang ajaib.
Kenapa kita diijinkan untuk kecewa? Supaya kita tahu tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Usaha memang perlu tapi jika kita mengandalkan kekuatan kita sendiri, kita bisa capek hati dan pikiran, sedangkan bagaimana dengan orang yang mengecewakan kita? Apa dia juga merasakan apa yang kita rasakan? Nggak kan? So, mari kita belajar ikhlas.
Mungkin orang yang kita harapkan memang tidak bisa bisa membantu kita tapi kalau Tuhan yang punya mau pasti Dia akan mengirimkan orang yang tidak kita duga untuk membantu kita.
Contoh lain lagi: Dulu waktu pertama kali saya buka usaha les privat di rumah, saya baru saja resign dari tempat saya kerja dan pulang ke Blora tanpa ada kenalan lagi karena teman-teman saya ada diluar kota. Saya usaha dengan cara membuat dan membagikan brosur sendiri ke sekolah-sekolah, ketemu ibu-ibu sama anaknya di mall saya kasih brosur, lihat banner di toko-toko yang pasang nomer HP saya sms-in semua saya nawari jasa les privat saya, pokok nya tiap lihat ada nomer HP saya sms-in. Saya ga tau orang yang saya sms itu punya anak atau nggak pokoknya saya nawari saja (modal nekat dan agak memaksakan diri).
Lalu saya juga menghadang anak-anak SD saat pulang sekolah lalu memberikan brosur kepada mereka tapi mereka malah lari dikira saya mau menculik anak-anak. Jujur saya capek karena tidak satupun murid yang les di tempat saya hasil dari brosur yang sudah saya bagikan. Usaha ga berhenti sampai disitu. Saya door to door ke tetangga di sekitar rumah saya menawarkan jasa les privat saya. Sampai pernah diusir katanya anaknya ga butuh les, pernah ada yang janji mau datang tapi setelah saya tunggu ga datang juga, Ada juga orangtua murid yang meremehkan karena saya cuma lulusan SMU. Saya pun merasa putus asa dan kecewa dengan keadaan tersebut.
Bapak saya selalu mendorong saya untuk tetap berdoa meskipun saya sudah berusaha tapi tanpa doa usaha saya itu akan jadi sia-sia. Dan benar saja, setelah saya berdoa, tiba-tiba mujizat terjadi. Bukan dari brosur, bukan dari sms. Tapi sebuah pengalaman yang tak pernah saya pikir sebelumnya. Mantan bos saya yang sudah 8 tahun tak pernah bertemu dengan saya. Tiba-tiba hari itu dia datang ke rumah saya, dan kami ngobrol. Lalu, iseng-iseng dia tanya apa kesibukan saya. Dan saat saya bilang kalau saya buka usaha les, rupanya dia sangat mendukung usaha saya itu. Ketika dia pulang, dia sms saya, dia carikan saya murid yang akhirnya mau les di tempat saya. Dan sejak saat itu, murid-murid les yang lain datang sendiri ke tempat saya. Saya tak pernah bagi brosur lagi. Sungguh ajaib ya kalau Tuhan yang kerja?
Oleh sebab itu tetaplah percaya. Jangan mudah kecewa. Belajar untuk tetap bersyukur. Kalau waktu itu saya kecewa, saya pasti ga mau ngelesi lagi. Akibatnya yang rugi saya sendiri kan? Kekecewaan saya tidak bisa membuat orang datang kepada saya lalu mendaftarkan anaknya les di tempat saya. Tetapi dengan berserah dan mengandalkan Tuhan maka apa yang mustahil bagi manusia itu mungkin bagi Allah. Minta Tuhan hati yang tak mudah kecewa sekalipun orang lain mengecewakan kita. Agar kita tetap punya hati besar dan tidak lemah. Jangan mau dikuasai keadaan. Sebaliknya kitalah yang harus bisa menguasai keadaan.
Sedikit share, jika ditarik benang merah terhadap apa yang terjadi pada saya pada tahun 2006-2007 dimana saya kena Bile refluks salah satu factor penyebabnya adalah depresi yang berkepanjangan. Karena saya membiarkan keadaan menguasai hidup saya sehingga saya terkena depresi yang mengakibatkan saya kehilangan sukacita dan kesehatan. Karena saya sensitive, mudah kecewa, saya pun merasakan kerugian dari kekecewaan itu.
Setelah melewati semua ini, barulah saya bisa mengerti bahwa kekecewaan itu hanya akan menggerogoti kesehatan kita. Orang yang lemah di masa kesesakan kecil kekuatannya. Karena Janji Tuhan hanya untuk orang yang kuat, maka janganlah kita menjadi lemah sampai Tuhan datang menolong. Amin?
0 comments:
Post a Comment