Mengatasi Berbagai Keluhan pada Lansia

Tinggal berdua bersama orangtua yang sudah lanjut usia memang tidak mudah. Apalagi ketika mengetahui sifatnya yang labil hampir mirip seperti anak kecil. Ditambah lagi dengan kesensitifannya akan segala sesuatu. Ini membutuhkan kesabaran ekstra. 

Bapakku jarang sekali minum air putih dan beliau juga kurang suka makanan lunak, padahal giginya sudah pada ompong. Ketika bapakku yang sudah lanjut usia kehilangan nafsu makannya, aku sempat panik dan cemas. Lalu aku browsing internet mencari tahu penyebab lansia hilang nafsu makan. 

pinjam gambar
Rupanya itu disebabkan karena faktor usia dan psiko-kognitif/ gangguan pada otak dimana fungsi syaraf pengecap mulai menurun sehingga kemampuan membedakan bau dan rasa akan menurun pula, gigi tanggal sehingga akan sulit mengunyah, gusi menciut, berkurangnya produksi air liur, dan berlebihnya reflex peregangan dinding lambung. Hal-hal tersebut mengakibatkan asupan makan pada lansia jadi menurun. 

Ketika aku bertanya apakah beliau tidak lapar? Bapak menjawab tidak. Meski aku menawarkan berbagai macam menu makanan kepadanya, beliau juga tidak berselera. Sebagai seorang anak yang hanya tinggal berdua dengan bapak, aku ingin bapakku tetap sehat dan menjaga pola makannya. Aku cemas jika bapakku belum makan walau ia merasa masih kenyang. Setelah membaca artikel di internet yang mengatakan bahwa pola makan lansia berbeda dan tidak bisa seperti kebanyakan orang pada umumnya karena orang yang sudah berusia lanjut itu bisa makan kapan saja saat mereka merasa lapar. Tenang rasanya mengetahui hal ini. Berarti memang tidak bisa dipaksa makan. 

Biasanya jika bapakku kehilangan selera makan seperti ini, aku selalu membelikannya jus buah. Terkadang setelah minum jus itu beliau merasa fit dan mau makan kembali. Memang kondisi badannya jadi labil karena tidak selalu berselera makan. Di hari yang lain, beliau mengeluh pusing setiap bangun tidur pagi. Tapi itu hanya berlangsung sebentar saja, setelah dipijit bagian punggungnya pusingnya hilang. 

Aku pun mencari tahu penyebabnya dengan bertanya ke dokter, dan dokter mengira posisi tidur bapakku yang salah. Aku sampaikan hal ini pada bapakku untuk mengubah posisi tidurnya dengan bantal yang lebih tinggi dari badan. Tapi kadang-kadang yang namanya orangtua memang merasa diri paling benar jadi ketika diberi saran malah ‘ngeyel’ / membantah. Sulit memang membujuk orangtua yang sudah lanjut usia untuk menerima masukan dari anaknya. Hal itu terjadi hampir setiap pagi. 

Aku membawa bapakku berobat ke tukang pijat langganan kami dan beliau menyarankan agar bapakku menghindari ikan laut, dan minum air rebusan lengkuas. Aku pikir apa ini karena kolesterol bapakku tinggi hingga pusing? Setelah diperiksa tekanan darahnya rupanya tekanan darahnya 90/60 wah pantesan rendah sekali. Setiap minum obat, bapakku merasa baikan tapi cuma sementara, esoknya pusingnya datang lagi. Aku mikir lagi, apa ini karena bekas luka akibat kecelakaan dan jahitan di kepalanya? Tapi ketika kutanya katanya pusingnya bukan dibagian itu, tapi di dahi dan bukan vertigo. Aku jadi semakin bingung. 

Pagi-pagi bangun tidur aku merebus air hangat dan mengompres kepala, leher, dan punggung bapakku dengan handuk sambil memijit-mijitnya. Berasa enak sebentar tapi sakitnya kambuh lagi. Hadeuh, sekarang gantian aku yang pusing. Nyerah rasanya. Setiap pagi bangun tidur aku selalu tanya kepada bapakku apakah beliau masih pusing ketika bangun tidur? Beliau bilang akhir-akhir ini sudah tidak pusing lagi. Aku pun penasaran. Kok bisa tiba-tiba sembuh sendiri? Beliau mengaku kalau tiap pusing bapakku minum kopi dan pusingnya sembuh sendiri. Owalah, rupanya obatnya kopi to? Manfaat kopi diantaranya meningkatkan metabolisme tubuh dan mengandung zat antiosidan. Jadi sekarang jika pusing setiap bangun tidur pagi solusinya minum secangkir kopi dan dipijit bagian punggung sebelah kiri dekat leher.

0 comments:

Post a Comment