Tak Seperti Dulu Lagi
“Ya, tak seperti dulu lagi.” Itulah yang aku rasakan saat kembali pulang ke kampung halamanku setelah resign dari tempat kerjaku yang terakhir. Aku pulang ke kota ini dan mendapati kabar bahwa banyak teman-teman seangkatanku bahkan adik kelas yang umurnya terpaut jauh denganku pun sudah berumahtangga. Jujur aku sangat kesepian ketika aku mengajak mereka main lagi sudah tidak punya waktu lagi karena harus mengurus rumah tangganya. Bahkan sms-an pun jarang mereka balas kalau tidak benar-benar penting.
credit |
Awalnya aku merasa sedih dan kesal. Aku merasa teman-temanku sombong setelah menikah. Namun, lambat laun aku pun menyadari dan memaklumi hal itu, dan memang sudah tidak seperti dulu lagi saat masih kanak-kanak kita bisa bebas bermain bersama mereka. Kadang ada juga yang sikapnya sudah berubah jadi lebih jaga image denganku. Saat bersama mereka aku merasa masih seperti anak-anak yang masih kekanakan.
Saat masih jomblo kita memang bebas berbuat apa saja, bebas menentukan keputusan semau kita. Tetapi ketika kita sudah berkeluarga, kita tidak bisa sebebas waktu kita masih single. Ada tanggungjawab ekstra yang kita emban, ada suami dan anak-anak. Kita juga tidak bisa memutuskan segala sesuatu sendiri karena harus meminta pertimbangan suami sebagai kepala rumah tangga. Apalagi sebagai ibu rumah tangga tanpa asisten, betapa banyaknya hal yang harus diurus dari memasak, mencuci, merawat anak-anak, tak habi-habis rasanya pekerjaan ibu rumah tangga.
Wajarlah kalau mereka sudah tidak ada waktu lagi untuk bermain bersama teman masa kecilnya. Kemudian aku mencoba menemui adik kelasku yang lain, ketika aku hendak main ke rumahnya ia menolak dengan alasan akan pergi dengan pacarnya. Hatiku makin galau dibuatnya. Aku benar-benar kesepian. Dalam kesendirian dan kegalauanku, itu saat yang paling tepat untuk berdoa dan mengisi waktu-waktuku dengan beraktivitas. Aku menyibukkan diriku dengan menulis dan online. Aku tidak mengijinkan pikiranku ini diisi dengan kegalauan yang tiada berujung.
Kadang setiap aku istirahat sejenak dari menulis, selalu terbesit kesendirian dan mengasihani diri hingga tanpa sadar air mataku mulai mengalir. Berdua memang lebih baik daripada seorang diri, namun jika tidak ada seorangpun yang bisa diajak berdua, maka komputerku lah yang sering jadi temanku. Aku bisa menuangkan segala rasa dan isi hatiku melalui tulisan seakan seperti sedang berbicara dengan teman yang mau mendengar semua keluh kesahku.
Daripada aku update status di facebook tentang kegalauanku yang dibaca oleh orang banyak dan mungkin mereka akan jadi bosan karenanya jadi aku lebih suka mengetiknya di Ms. Word. Setidaknya itu membuatku lega. Harus ada sesuatu yang diungkapkan agar tidak menumpuk di dalam hati sehingga terasa sesak di dada. Ini mungkin bisa jadi alternative cara agar tidak kesepian jika hanya bisa ada di dalam rumah. Selain kita bisa menghalau rasa galau dengan refreshing atau jalan-jalan dan melakukan hobby kita.
0 comments:
Post a Comment