Perjalanan Kehidupanku

    Inilah kisah tentangku ~ Moocen Susan yang hampir tak lulus SMU karena sering muntah asam lambung setiap bangun pagi (morning sickness) .Sehingga aku sering bolos masuk sekolah karena muntahnya baru berhenti sekitar jam 09.00 WIB. 
credit

    Hari-hari aku lalui dengan berat. Rasanya pengen cepat selesai dan lulus. Lulus SMU aku tak langsung bekerja, tetapi mengambil kursus komputer masuk jam 10.00 – 12.00 WIB. Penyakitku belum sembuh juga. Pagi masih muntah, tapi karena kursusnya jam 10.00 jadi aku masih bisa berangkat. 

    Segala macam cara sudah kucoba untuk sembuh namun aku selalu muntah. Kemudian aku dapat tawaran kerja di swalayan. Baru 2 bulan kerja aku keluar lagi karena sakitku kumat. Beberapa bulan kemudian dapat lagi tawaran kerja di perusahaan distributor. Kondisi masih sakit tapi tetap berangkat tes dan wawancara. Tapi karena fisikku ga bisa dikompromi, dalam 3 hari aku keluar kerja. 

    Singkat cerita, aku pun keluar kerja lagi. Aku habiskan waktuku selama 5 bulan terkapar di rumah. Tiap hari kerjaku cuma makan , tidur, dan muntah. Aku sudah tak bisa makan nasi. Hanya sereal gandum 3 sdm setiap 3 jam sekali dan biscuit. Karena kalau aku makan nasi takutnya muntahnya sakit. 

     Kalau dulu muntah pagi sekarang ganti muntah siang-malam. Dari jam 14.00-20.00 untung ga kurang cairan. Rasanya tenggorokan kayak tercekik. Hasil endoskopi mengatakan aku kena Bile refluks. Klep lambung bawahku kendor karena sering muntah, sehingga cairan empeduku mengalir ke dalam lambung. Stresku parah. 

    Hingga setiap aku muntah, aku seperti orang bulimia, memasukkan jari ke dalam mulutku sendiri agar bisa muntah. Karena kalau belum muntah belum bisa buang gas. Dan itu terjadi selama 2 tahun dan setiap hari. Aku sudah hampir menyerah dengan hidupku. Hingga akhirnya aku berserah kepada Tuhan dan berdoa. Dan Tuhan tunjukkan jalan kesembuhan. 

    Setelah sembuh, aku mulai berusaha mencari uang. Tapi aku bingung mau kerja apa. Jualan ga punya modal. Bapakku selalu pengen aku jualan es, karena rumah kami strategis di pinggir jalan dan banyak angkot lewat. Pernah sih aku coba jualan es. Seharian Cuma dapat uang Rp.500,- . Lalu bapakku juga menyuruhku melamar kerja jaga butik. Haduh, ikut orang lagi jadi trauma. 

    Aku kembali berdoa, mohon petunjuk Tuhan. Aku sering nonton tayangan Mario Teguh di TV. Disitu aku menemukan banyak nasihat bijak tentang hidup. Aku merenung dan bertanya, “Apa yang bisa aku buat dengan kedua tanganku ini? Lambungku memang lemah, tapi Tuhan masih berikan aku organ tubuh lain yang lengkap. Aku masih punya tangan, kaki, masih bisa melihat, masih bisa berjalan, dll. Kalau jual barang aku tak punya modal, tak ada cara lain selain jual jasa. 

    Aku pun menggali potensi dalam diriku. Aku bisa apa? Aku bisa matematika. Ya sudah aku mau mengajar matematika. Aku mau ngelesi. Tapi kan aku ga bisa datang kerumah anaknya? Ya ga usah datang kerumah murid. Murid yang kerumahku. 

    Ok, akupun melakukan apa yang sudah menjadi niatku. Dengan bekal desain dari tempat kerjaku dulu, aku yang tak punya komputer lari ke warnet depan rumahku dan mendesain sendiri brosur les untuk kubagikan kepada setiap anak SD yang lewat di depan rumahku. Aku pergi ke sekolah-sekolah dan menghadang anak-anak sekolah (sempat dikira mau menculik anak-anak sehingga ketika melihatku menghampiri mereka, anak-anak itu lari.) atau ibu-ibu yang bawa anak SD di jalan dan dengan percaya diri yang tinggi aku menawarkan jasa les. Tuhan kirim anak-anak les ke rumahku. 

    Tak hanya itu saja, adikku tiba-tiba memberikan komputer secondnya padaku dan aku beli modem sehingga aku bisa internetan dirumah. Aku mulai bergabung di komunitas online yang bermanfaat, komunitas menulis, dan blog. Aku mulai belajar ngeblog dan mencari uang dengan menawarkan jasaku untuk merapikan blog orang. 

    Puji Tuhan meski aku lemah fisik, namun Tuhan bisa memberkati dengan caraNya sendiri. Tak harus kerja ikut orang, meski dirumahpun bisa menghasilkan dan itu luar biasa. Rencana Tuhan memang paling indah.

0 comments:

Post a Comment