Temukan Penderita TB/ Tuberkulosis Sejak Dini
sumber: google |
Ketika sedang mengantri di apotik, aku duduk bersebelahan dengan seorang kakek yang membawa foto rontgen. Dia sedang asyik merokok sambil sesekali batuk-batuk. “Orang sakit kok masih merokok saja,” gumamku.
Berikut ini hasil pembicaraanku dengannya :
Aku : Mbah, habis rontgen ya? Sakit apa mbah?
Mbah : Prostat nduk
Aku : Oh, prostat ? Tapi, mbah lagi sakit kok masih merokok saja? Apa mbah terkena TB ? Setahu saya penyakit ini bisa menyebar dan menyerang prostat lho mbah.
Mbah : BB? Mbah ga punya BB nduk, ora mudeng aku
Aku : Oalah mbah…mbah! TB mbah... TB! Bukan BB (waduh, musti pake TOA ini )
Mbah : Oh, hihi TB to? Maklum nduk, mbah sudah tua, tidak terlalu dengar. Tapi TB itu apa, nduk?
Aku : TB itu singkatan dari Tuberkulosis, mbah. Hati-hati, itu penyakit menular lho mbah.
Mbah: Nular? Ah, masa?
Aku : Lho, mbah e nih enggak percaya. TB itu ya mbah, bisa menular melalui udara, ketika bersin, meludah, atau ketika bicara berhadapan seperti ini tanpa masker.
Kebetulan ada temanku yang suaminya perokok berat. Sehari merokok itu bisa habis 2 plat. Padahal mereka punya anak yang masih balita. Pas merokok, asapnya itu mengenai anaknya itu. Sekarang akibatnya anak balitanya itu malah kena TBC. Apa ga kasihan, bapaknya yang merokok malah anaknya jadi korban? Istrinya sampai mengeluh sama saya. Katanya semoga dengan anaknya sakit, bapaknya bisa sadar dan berhenti merokok.
Pecandu rokok seperti mbah ini bisa rentan terkena TB juga, karena merokok itu bisa menurunkan daya tahan tubuh kita. Sel-sel pernafasan perokok itu rentan terkena gangguan atau kerusakan sehingga pecandu rokok rentan tertular infeksi khususnya TB.
Seseorang yang berdekatan/ terkena asap rokok lebih mudah tertular TB dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Selain itu penyakit ini bisa mematikan lho kalau tidak segera diobati.
Mbah : Oh, pantesan kamu pakai tutup hidung yo nduk, apa itu tadi namanya?
Aku : Masker, mbah. Ya, aku pakai masker untuk melindungi diri agar tidak tertular kuman penyebab TB, karena kuman yang masuk dalam tubuh kita bisa berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit itu bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
Mbah : Kuman apa lagi itu nduk?
Aku : Nama kumannya itu Mycobacterium tuberculosis.
Mbah : Wah jenenge kok angel men, yo?
Aku : Ya mbah, kuman ini berbentuk batang yang sifatnya tahan asam jadi dinamakan Batang Tahan Asam (BTA). Ini lho bentuknya seperti ini:
Mbah : Oh gitu, kog ngeri gitu ya bentuknya. Lha itu siapa yang menemukan kuman-kuman itu?
Aku : Ini lho mbah tak tunjukkan fotonya ya, namanya Robert Koch, ahli mikrobiologi asal Jerman. Sesuai nama penemunya oleh sebab itu bakteri ini disebut bakteri Koch dan dia juga memberi nama lain pada penyakit TB ini dengan nama Koch Pulmonum (KP).
Dia menemukan bakteri ini tepat pada tanggal 24 Maret 1882. Makanya, setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari TB sedunia, mbah.
Indonesia sendiri tercatat sebagai negara ke-4 terbesar di dunia dalam kasus TBC. TB cepat menular di daerah yang padat penduduknya.
Setiap tahun, ada sekitar 9 juta orang terkena TBC dan 3 juta diantaranya tidak mendapat pelayanan medis. Mereka yang tidak terjangkau ini bisa meninggal jika tidak segera ditolong. Sedangkan yang lain yang masih hidup dan terjangkit TB bisa menularkan kuman TB-nya ke orang lain di sekitarnya.
Jika mereka yang tidak terjangkau ini tidak segera ditolong maka jumlah pengidap TB akan terus bertambah .
Mbah : Wah, kasihan betul ya. Lha terus yang tidak terjangkau ini siapa saja nduk?
Aku : Mereka yang tidak terjangkau diantaranya :
Berikut ini hasil pembicaraanku dengannya :
Aku : Mbah, habis rontgen ya? Sakit apa mbah?
Mbah : Prostat nduk
Aku : Oh, prostat ? Tapi, mbah lagi sakit kok masih merokok saja? Apa mbah terkena TB ? Setahu saya penyakit ini bisa menyebar dan menyerang prostat lho mbah.
Mbah : BB? Mbah ga punya BB nduk, ora mudeng aku
Aku : Oalah mbah…mbah! TB mbah... TB! Bukan BB (waduh, musti pake TOA ini )
Mbah : Oh, hihi TB to? Maklum nduk, mbah sudah tua, tidak terlalu dengar. Tapi TB itu apa, nduk?
Aku : TB itu singkatan dari Tuberkulosis, mbah. Hati-hati, itu penyakit menular lho mbah.
Mbah: Nular? Ah, masa?
Aku : Lho, mbah e nih enggak percaya. TB itu ya mbah, bisa menular melalui udara, ketika bersin, meludah, atau ketika bicara berhadapan seperti ini tanpa masker.
Kebetulan ada temanku yang suaminya perokok berat. Sehari merokok itu bisa habis 2 plat. Padahal mereka punya anak yang masih balita. Pas merokok, asapnya itu mengenai anaknya itu. Sekarang akibatnya anak balitanya itu malah kena TBC. Apa ga kasihan, bapaknya yang merokok malah anaknya jadi korban? Istrinya sampai mengeluh sama saya. Katanya semoga dengan anaknya sakit, bapaknya bisa sadar dan berhenti merokok.
Pecandu rokok seperti mbah ini bisa rentan terkena TB juga, karena merokok itu bisa menurunkan daya tahan tubuh kita. Sel-sel pernafasan perokok itu rentan terkena gangguan atau kerusakan sehingga pecandu rokok rentan tertular infeksi khususnya TB.
Seseorang yang berdekatan/ terkena asap rokok lebih mudah tertular TB dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Selain itu penyakit ini bisa mematikan lho kalau tidak segera diobati.
Mbah : Oh, pantesan kamu pakai tutup hidung yo nduk, apa itu tadi namanya?
Aku : Masker, mbah. Ya, aku pakai masker untuk melindungi diri agar tidak tertular kuman penyebab TB, karena kuman yang masuk dalam tubuh kita bisa berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit itu bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan sampai tahunan.
Mbah : Kuman apa lagi itu nduk?
Aku : Nama kumannya itu Mycobacterium tuberculosis.
Mbah : Wah jenenge kok angel men, yo?
Aku : Ya mbah, kuman ini berbentuk batang yang sifatnya tahan asam jadi dinamakan Batang Tahan Asam (BTA). Ini lho bentuknya seperti ini:
sumber: google |
Mbah : Oh gitu, kog ngeri gitu ya bentuknya. Lha itu siapa yang menemukan kuman-kuman itu?
sumber: wikipedia |
Dia menemukan bakteri ini tepat pada tanggal 24 Maret 1882. Makanya, setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari TB sedunia, mbah.
Indonesia sendiri tercatat sebagai negara ke-4 terbesar di dunia dalam kasus TBC. TB cepat menular di daerah yang padat penduduknya.
Setiap tahun, ada sekitar 9 juta orang terkena TBC dan 3 juta diantaranya tidak mendapat pelayanan medis. Mereka yang tidak terjangkau ini bisa meninggal jika tidak segera ditolong. Sedangkan yang lain yang masih hidup dan terjangkit TB bisa menularkan kuman TB-nya ke orang lain di sekitarnya.
Jika mereka yang tidak terjangkau ini tidak segera ditolong maka jumlah pengidap TB akan terus bertambah .
Mbah : Wah, kasihan betul ya. Lha terus yang tidak terjangkau ini siapa saja nduk?
Aku : Mereka yang tidak terjangkau diantaranya :
- Pengidap TBC yang tidak mendapat akses kesehatan sama sekali. Penyebabnya misalnya : kemiskinan, terdiskriminasi, tingkat kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit TBC yang rendah sehingga tidak tahu kapan dan mengapa harus mencari bantuan tenaga kesehatan, terbatasnya layanan kesehatan dan pendistribusian yang tidak merata, kesulitan ekonomi: biaya pengobatan, biaya transportasi dan hilangnya pendapatan, konflik dan rasa kecurigaan.
- Pengidap TBC yang tidak terdiagnosa karena tidak dilakukannya pemeriksaan penunjang diagnosa TBC. Hal ini disebabkan karena gagalnya mengidentifikasi gejala dan tanda penyakit TB, tidak akuratnya alat diagnostik penyakit TBC, dan sulitnya akses ke pemeriksaan penunjang.
- Pengidap TBC tidak tercatat apakah sudah diobati atau belum meski sudah terdiagnosa . Hal ini disebabkan karena tidak adanya kerjasama dokter pribadi, laborat, rumah sakit, dan layanan kesehatan publik atau pemerintah atau lembaga non pemerintah , lemahnya sistem pencatatan/ pelaporan. Tidak adanya suatu kewajiban untuk pelaporan kasus penyakit TBC oleh para penyelenggara layanan kesehatan
Mbah : Aku? Aku masih sweet sepentin (17)
Aku : Ah ngarang ah mbahe ini :D. Masa sweet seventeen kok rambutnya udah putih semua. Ini uban apa semiran?
Mbah: Hihi, kamu bisa aja nduk. Umurku 54 tahun, nduk
Aku : Nah, cocok itu. Biasanya TB menyerang usia-usia produktif antara 15-55 tahun.
Mbah : Wah jangan nakut-nakuti mbah to nduk. Terus, gejalanya itu apa saja nduk kalau kena TB ini?
Aku : Gejalanya macem-macem mbah. Umumnya itu batuk lebih dari 3 minggu, demam disertai keringat dingin di malam hari, nafsu makan berkurang akibatnya jadi lemas dan berat badannya menurun. Badannya jadi kurus mbah.
Nah, selain itu juga ada gejala khususnya, diantaranya :
- Nyeri dada : jika terdapat cairan di rongga pembungkus paru-paru/ pleura
- Sesak nafas/ mengi : bila terjadi sumbatan pada saluran yang menuju ke paru-paru (bronkus) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar
- Keluar nanah : Jika infeksi mengenai tulang dimana membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya.
- Meningitis pada anak yang mana gejalanya adalah demam tinggi, kejang-kejang, dan tak sadarkan diri
Mbah: Wah aku juga pernah merasakan gejala itu nduk. Aku pikir malah batuk biasa. Sampai aku obati jeruk nipis sama kecap. Tapi kok tidak sembuh-sembuh juga. Jangan-jangan aku memang sudah terkena TBC ya nduk? Aduh, kok malah jadi takut begini aku. Lalu apa langkah yang perlu kita lakukan kalau menemukan orang yang terjangkit TB?
Mbah: Wah aku juga pernah merasakan gejala itu nduk. Aku pikir malah batuk biasa. Sampai aku obati jeruk nipis sama kecap. Tapi kok tidak sembuh-sembuh juga. Jangan-jangan aku memang sudah terkena TBC ya nduk? Aduh, kok malah jadi takut begini aku. Lalu apa langkah yang perlu kita lakukan kalau menemukan orang yang terjangkit TB?
Aku : Pertanyaan yang bagus, mbah. Langkah yang perlu kita lakukan jika menemukan pasien TB yaitu :
pinjam & edit gambar oleh penulis sendiri |
- Bawa pasien segera berobat ke dokter supaya cepat mendapat pengobatan secara rutin.
- Awasi minum obat secara ketat
- Beri makanan bergizi pada pasien TB
- Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik.
- Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita
- Jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan.
Aku : Lho mbah…mbah.. foto rontgennya ketinggalan.
Mbah : Titip duluuuu…(Kakek itu langsung membuang puntung rokoknya dan lari ke ruang dokter SPPD sampai sarungnya hampir lepas.)
Temukan penderita TB lainnya yang mungkin ada di lingkungan sekitar kita, bisa teman, kenalan, atau bahkan anggota keluarga kita sendiri.
Segera bawa ke rumah sakit agar penderita TB dapat ditangani dan disembuhkan. Penangan sejak dini dapat membantu mengurangi angka kematian penderita akibat TB di dunia.
Bergabunglah dengan forum STOP TB Partnership yang dapat diakses melalui:
Website: www.stoptbindonesia.org
Facebook: Stop TB Indonesia
Twitter: @stopTBIndonesia
0 comments:
Post a Comment