Dahak Tetap Tidak Bisa Keluar

   Aku makin bingung karena setelah bapakku minum obat dahak dari puskesmas kemarin disini beliau masih belum bisa mengeluarkan dahaknya. Malah efeknya badan bapak semakin lemas dan sering mengantuk. Ketika aku ngecek di internet ada salah satu obat namanya hisdane yang ternyata seharusnya sudah ditarik dari peredaran karena mengandung efek yang merugikan disini apalagi bapakku pernah kena pembengkakan prostat. Bahaya banget kalau sampe minum obat ini. Duh jadi takut sendiri, gimana sih dokter magang itu kemarin ngasih obatnya. 

   Bapakku divonis kena MDR TB tapi anehnya tidak pernah batuk hanya merasa dahaknya ngumpul semua di tenggorokan tapi ga bisa keluar. Sedangkan yang namanya pengobatan TB itu dibutuhkan hasil lab sputum/ dahak pasien dulu. Sudah kuupayakan berbagai macam cara saran teman-teman kemarin masih tetap tidak bisa keluar juga. Lalu apa? Dan bagaimana lagi caranya? 

   Kami mau berangkat berobat ke Semarang pun masih maju mundur. Kalau maju nanti disuruh balik lagi gara gara ga bawa hasil lab BTA gimana? Kalau nunggu kena batuk dulu baru berobat kesana takutnya penyakitnya makin parah. Duh bingung. Demi efesiensi waktu dan efektivitas akhirnya aku nekad mencari alamat email dokter yang akan kami kunjungi untuk konsultasi. Puji Tuhan saat aku menulis postingan di blog ini, tiba tiba aku dapat balasan email langsung dari dokternya. Beliau menyarankan agar bapakku menjalani CT Scan thorax untuk mengetahui apakah penyakit bapakku cenderung TB, bekas TB atau ada keganasan? 

   Selain itu dibutuhkan hasil laborat ureum kreatinin dan gula darah sewaktu bapakku. Untunglah Tuhan mempermudah semuanya sehingga kami bisa mempersiapkan diri sebelum menjalani CT Scan. Masalah biaya CT Scan yang tidak ditanggung jamkesda jadi bahan pergumulan kami ke depannya. Semoga bapakku baik-baik saja. Tolong kami ya Tuhan, berikanlah kesembuhan untuk bapak.

Minta Obat Dahak Ke Puskesmas

   Mengingat pengalaman kemarin, saat dirujuk ke Solo dan ditolak gara-gara tidak membawa hasil lab BTA maka sebelum berobat ke Semarang aku berinisiatif meminta obat dahak dan periksa lab lagi ke Puskesmas. 

   Biasa kalau ke puskesmas daftar pake jamkesda asli dan 4 lembar fotokopi jamkesda aja. Pasien tidak terlalu ramai karena akhir pekan. Dokter yang menangani bapakku adalah dokter magang dan dia lebih teliti kalau meriksa. 

   Karena bapakku susah sekali mengeluarkan dahaknya padahal hasil lab dahak sangat diperlukan untuk menentukan jenis obat TB selanjutnya maka aku meminta dokter untuk memberikan obat pengencer dahak. Dan dia memberikan ke-4 jenis obat diantaranya : 

  • OBH sirup 3x1 
  • Obat batuk generik dari puskesmas (ga tau namanya) 3x1
  • Ambroxol sirup 3x2 
  • Hisdane 1x1 
Dan aku juga mencari tahu cara lain untuk mengencerkan dahak melalui fasilitas TT (tanya teman) via fb :D. Berikut ini caranya menurut mereka : 
  1. Coba kencur segengam kecil diparut diberi air hangat sedikit, peras dan saring, kira2 jd stgh cangkir, beri sedikt garam...kmdian diminum...biasanya sih klo ada dahak didlm bs keluar dg mudah...klo bs pagi ya... 
  2. Kumur2 pake air hangat di kasih garam secukupnya....terus kumur2nya di tenggorokan mbak...ulangi beberapa kali...30 menit kemudian dahak akan keluar dg sendirinya...coba dech,,,smoga berhasil.. 
  3. Minum segelas teh manis malam hari sebelum tidur. lakukan olahraga ringan seperti naik turun tangga, lari-lari kecil kemudian tarik nafas beberapa kali dan barulah dibatukkan. Minum tablet GG piles 200mg... healt messeger 
  4. punggungnya yang ditepuk2 terus diuapin/ nebulizer 
  5. Tiduran tanpa bantal.sediakan tempat ludah begitu ngalir diludahkan. nebulizer ok juga ke rumah sakit. atau kalau mau hemat nebulizer pakai air mendidih yg dituang di baskom beri daun sirih pas merebusnya pasien duduk menghadap baskom sambil kerudungan kain atau handuk biar uap nggak kemana mana (krukupan) hirup uap dgm hidung keluarkan udara melalui mulut. 
Ok, makasi teman-teman semua atas sarannya :D semoga bapakku bisa mengeluarkan dahaknya dan proses pengobatan bisa berjalan dengan lancar.

Kembali ke Blora

   Hari ini aku mengantar bapakku kembali konsultasi ke dokter yang menangani bapakku semula. Jumat, 30 Mei 2014 tidak biasanya rumah sakit ramai pasien ga kayak hari Senin. Aku mengantri di ruang tunggu bersama bapakku. 

   Setelah mendapat panggilan ke poli dalam aku menceritakan ulang kejadian saat di Solo. Aku meminta rujukan ke RS. Kariadi Semarang saja karena setelah aku baca blog http://www.tbindonesia.or.id/tb-mdr/ ternyata RS Kariadi Semarang adalah salah satu rumah sakit dari 17 laborat yang menyediakan laboratorium pemeriksaan tes cepat Xpert MTB Rif. Selain itu kalau periksanya di Semarang tidak terlalu jauh buat adikku buat ikut menemani. Ya PW lah posisi wenak kalau di Semarang. Hehe, kenapa ga dari kemarin-kemarin ya?  :O

   Semoga kali ini perjuanganku tidak sia-sia lagi, dokter memberiku surat rujukan lagi untuk periksa ke dokternya langsung tanpa jamkesda untuk konsultasi soal penyakit TB bapakku. 

   Persiapan kembali kulakukan dengan mencari informasi jadwal praktek dokternya dan tempat serta nomor telepon dan extnya. Rencananya kami akan berangkat hari Sabtu, 7 Juni 2014 karena jam praktek dokternya lebih panjang di hari Rabu yaitu jam 09.00-12.00 WIB. Sedangkan hari lain yaitu Senin, Kamis, dan Sabtu dari jam 09.00-11.00 saja.

Bapakku dan TV

   Di rumah yang paling suka nonton TV itu bapakku. Aku jarang nonton kalau acaranya ga bagus. Kalau bapakku sukanya nonton berita politik dan film India. Kalau aku sukanya nonton drama korea dan adegan lucu-lucu maupun horror. Akhir-akhir ini malah aku suka banget nonton jejak paranormal. Penasaran aja sih. 
 
tuh lihat remotenya dipegang mulu, takut tak rebut hahahaa
    Nah kalau ada adegan lucu menurutku, bagi bapakku itu ga lucu. Aneh kan? Kadang kami suka rebutan remote kalau pas acara yang kami suka jamnya berbarengan. Kalau udah begitu pasti bawaannya berantem. 

   Karena aku sudah punya komputer jadi aku lebih banyak mantengin komputer daripada nonton TV. Lebih asyik online dan ngeblog atau chating sama temen sambil hahahihi daripada nonton TV. 

    Bicara soal nonton TV, dulu waktu kami masih belum punya TV sendiri, aku suka numpang nonton TV tetangga, tapi ya itu harus mau nyapu sama ngepel rumahnya dulu kalau mau nonton. Ih.. kalau sekarang mah ogah kayak gitu ya… 

   TV 14 inch ini merknya Sharp. Dibeli bapakku dengan gajinya saat aku ada di luar kota. Pikirnya daripada kesepian mendingan beli TV buat hiburan. 

   Nah kalau pas kami nonton TV bareng, kadang bapakku itu suka mengomentari semua yang ada di acara itu. Baik obrolan tokohnya maupun film yang ditontonnya. Kadang aku risih juga kalau setiap saat bapakku komentar mulu, jadi ga konsen lihat TVnya deh. Tapi karena sekarang udah terbiasa mendengar komentarnya aku ga terlalu terganggu. Malah rasanya senang kalau bapakku komen sana sini, itu menandakan dia ceria dan sehat. Apalagi kalau pas beliau tertawa saat menonton acara TV. Itu melegakan buatku. 

   Kapan lagi ada momen bahagia seperti itu. Kadang bapakku juga malas nonton TV, cuma pencat pencet remotenya tapi ga focus mau nonton yang mana, kalau udah gitu beliau diam-diam pinjam DVD di rental terus nonton film. Tapi bapakku curang, kalau pas sewa DVD aku ga boleh ikutan nonton, wew… kayak anak kecil aja. Haha.. ya udah aku ga ikutan nonton deh, masih ada youtube kok hahaha.

Kacamata Baru untuk Bapakku

   Aku sering mengingatkan bapak untuk selalu meletakkan kacamatanya di tempat yang semestinya agar tidak kesenggol dan jatuh. Tapi ya gitu deh, bapakku suka lupa dan teledor. Meski mata beliau plus dan minus, tapi enggan pakai kacamata kalau ga pas nonton TV atau bepergian keluar rumah. Katanya bekas di hidung, males makai dan lain-lain. 

   Pagi-pagi ketika bapakku hendak menyalakan lampu tanpa sengaja tangannya menyenggol kacamata yang diletakkan di pinggir meja dan akhirnya kacamatanya pecah. Aku langsung terbangun dari tidur ketika bapakku memecahkan kacamatanya. Tuh kan? Udah kuingatkan sekarang pecah juga to? Bapakku diam dan memungut salah satu kaca yang pecah itu. Tampangnya mirip anak kecil yang polos. Aku jadi kasihan. Ya sudah nanti aku antarkan ke optic buat beli kacamata baru. 


   Benar juga, kami berboncengan naik sepeda pergi ke optic yang murah. Mata bapakku mulai diperiksa dan untungnya minusnya tetep sama meski udah sekitar 3 tahun pakai kacamata minus 1,5. Aku menawar karena yang pecah hanya satu bagian kaca saja, apa bisa ganti kaca yang pecah itu? Tanpa harus beli frame dan kaca baru lagi? Ternyata bisa. 

   Tak mau melewatkan momen itu, salah satu SPGnya menawari mau kaca mika atau kaca biasa? Kalau kaca mata mika ada anti radiasinya kalau kaca biasa ga ada. Dan ia terus promosi agar aku beli kaca yang mika yang notabene jauh lebih mahal. Aku yang sudah pernah pakai kacamata mika pun mengelak. Ya mbak tapi kacamata mika itu gampang tergores dan bekas. Apalagi bapak saya orangnya suka teledor, pakai kaca biasa aja mbak. Selain lebih murah juga ga mudah tergores ketika dibersihkan. Akhirnya SPG itupun mengalah. Kami beli kaca yang baru untuk kaca yang sudah pecah. Memang kita harus tahu mana yang lebih dibutuhkan agar tidak boros.

Liku-liku Berobat ke Solo

   Sesuai rencana aku akhirnya mengantar bapakku untuk berobat ke Solo kemarin, hari Rabu, 28 Mei 2014. Dengan dijemput pamanku naik mobilnya kami berangkat dari Blora jam 04.00 WIB. Sebelum berangkat tentu aku sudah mempersiapkan segala keperluan baik itu surat-surat yang dibutuhkan seperti: kartu jamkesda asli, surat rekomendasi dari DKK, fotokopi (KK, KTP, Jamkesda, rujukan puskesmas, rujukan rumah sakit) rangkap 2 semua. 

  Selain itu karena aku mudah lapar di perjalanan sebelum waktunya makan orang normal, jadi aku membawa pisang (banyak amat kayak piknik), nasi 2 kotak buat makan pagi dan makan siang di mobil (karena kupikir agak parno juga makan di warung sembarangan), 1 Liter air mineral, dan masker 2 buah. 

   Sehari sebelum berangkat, biar aman aku memesan ayam goreng di warung langgananku pikirku mau makan nasi sama ayam aja. Nasinya aku masak sendiri jam 02.30 WIB biar ga telat berangkat. Penjual warungnya sudah bersedia menggorengkanku ayam pagi-pagi. Nah, aku jadi lega kan sudah persiapan lauk buat sarapan. Tetapi yang namanya manusia itu tidak bisa diharapkan, karena kalau kita mengharapkan manusia, kita akan kecewa. 

   Pagi-pagi benar sesuai janji kami, aku pergi ke warungnya untuk mengambil ayam goreng pesananku tapi ternyata dia ingkar janji. Kutelepon ga diangkat, kecewa iya karena aku sudah sangat mengandalkannya, untungnya Tuhan memberiku ketenangan lewat bapakku. “Nanti saja beli ayam di purwodadi” bujuk bapakku. Memang sih, buat orang normal makan dimana saja gampang, tapi buatku yang lemah pencernaan agak takut salah makan apalagi di tempat yang tidak biasa, Ini berarti aku berangkat cuma bawa nasi putih 2 kotak. 

   Beberapa saat pamanku datang dan mau tak mau aku harus tetap berangkat meski ga ada lauk dan belum sarapan. Kesentor AC di mobil plus belum sarapan dan di sepanjang perjalanan mobilnya goyang terus karena jalanan rusak membuatku masuk angin dan mual-mual. Perut rasanya diubek-ubek, kepalaku pusing dan rasanya tersiksa banget di dalam mobil. Untuk mengisi kekosongan lambungku, aku makan pisang dan minum air. Biasanya kalau di rumah jam segitu aku belum lapar, tapi kalau di jalan entah kenapa aku mudah lapar banget. 

   Beberapa kali terjadi kemacetan di jalan karena ada perbaikan jalan di beberapa area. Kemacetan hampir sejam dan ini membuatku agak panik takut telat ke rumah sakitnya. Tiba-tiba ada sms masuk dari warung langgananku dia bilang warungnya libur. “Kok aneh, kemarin katanya buka kok sekarang bilang libur tiba-tiba?” aku merasa kecewa sekali. Aku mudah kecewa pada orang yang sudah janji tapi ga pegang komitmen. Jadi intinya jangan mudah percaya dan berharap sama manusia. Ini lho hasilnya. 

   Dalam keadaan pusing dan badan sakit semua ada telepon masuk nawari asuransi pula, duh makin mumet aku. Ini ngantar bapakku yang sakit kok malah aku yang jadi sakit sendiri. Karena ga kuat aku akhirnya tidur di pangkuan bapakku. Bapakku mah keliatan happy-happy aja di perjalanan karena beliau orangnya tenang menghadapi apapun beda sama aku yang mudah cemas. 

   Sampai di Purwodadi hampir 4 jam kemudian karena macet berkali-kali. Kami berhenti sebentar buat sarapan di warung. Di situ menjual beraneka macam masakan dan boleh ambil sendiri. Karena aku dari tadi pengennya ayam goreng maka pandanganku langsung tertuju di wajan berisi penuh ayam goreng. Nah ini dia yang kucari, tapi agak parno juga karena ga tau bumbunya apa aja takutnya dia pake bumbu instan yang mana lambungku ga mau terima. Duh masalah makan jadi beban sepanjang hidupku kayaknya. Ada sayur bayam juga, ya udah aku ambil sayur bayamnya. Makan dengan rasa cemas itu emang ga enak ya. Oleh sebab itu ketika makan rasanya mau muntah sudah dari tadi mual di mobil karena telat makan nasi. Tapi aku tetap berusaha positif thinking. Aku ambil ayam goreng 1 lagi buat makan siang nanti. 

   Setelah kami selesai sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Solo. Adikku mengabari kalau ia juga sudah berangkat dari Semarang naik motor. Pamanku yang di Solo juga sudah menunggu di rumah sakitnya. Jauh dari rencana kami sebelumnya, tadinya aku bingung nyari travel karena ga ada travel yang bisa nganter tepat di rumah sakitnya, bingung soal penginepan karena pikirnya mau berangkat sehari sebelumnya, dan semua rencana tadi berubah total. Kami ga jadi nginep karena diantar paman naik mobilnya jadi bisa langsung nyampe rumah sakit. 

   Baru jam 10.30 WIB akhirnya sampe di RS. Moewardi Solo. Benar juga bacaan di internet kemarin kalau di sana area parkirnya sangat sempit dan susah nyari tempat parkir. Pamanku yang sedari tadi menunggu di depan rumah sakit akhirnya menghampiri mobil kami. Badanku sudah geloyoran mau jatuh, tapi harus tetap kuat demi bapakku. 

   Di rumah sakit itu ternyata buanyak sekali pasiennya. Banyak loket-loket pendaftaran dan aku bingung mau daftar dimana. Aku bertanya ke satpam dan ada petugas yang duduk di samping pintu. “Mbak kalau mau daftar untuk periksa bagian Pulmonulogi di mana ya?” 

   Lalu dia memberikan kartu antrian dan aku disuruh bertanya lagi ke bagian informasi mau daftar dimana. Dari bagian informasi aku ditanya apakah aku sudah pernah berobat disitu apa belum? Dia memberiku secarik kertas pendaftaran dan aku disuruh ke bagian pendaftaran pasien rawat jalan. Dia cuma nunjuk ke kanan kekiri masuk notok dst. Karena aku agak kurang fit jadi susah berkonsentrasi, aku jalan sebentar dan balik tanya lagi, “Mbak aku bingung, dimana sih?” 

   Lalu dia menunjukkan lagi tempatnya. Bagi yang baru pertama kali ke rumah sakit ini pasti bingung kalau ga nanya. Pokoknya jangan malu bertanya biar ga sesat di jalan. Setelah ketemu tempat daftarnya aku mengantri lagi sesuai nomor. Beberapa saat kemudian, adikku datang menghampiriku dan menemaniku mengantri bersama pamanku juga. 

   Setelah tiba giliranku dipanggil, aku memberikan semua berkas-berkas yang diperlukan. "Mbak, nanti mbaknya langsung ke bagian MDR TB di situ ada petugas dan mbak kasih aja surat-surat ini, kalau memang harus dirawat bukan pake jamkesda lagi tapi akan dapat pengobatan gratis dari pemerintah." kata petugasnya.

    Mendengar itu aku agak lega dan langsung menuju ke bagian MDR TB yang ada di dekat Ruang Cendana. Sampai di ruang itu ada 1 petugas yang sedang sibuk di meja kerjanya. Waktu aku masuk langsung disuruh pakai masker. Untung sudah persiapan bawa masker dari rumah. Aku sempat dibuat menunggu di depan meja kerjanya. Tampangnya sangat tidak bersahabat dan kurang ramah melayani. Aku agak takut sama orang yang keliatan garang. Jadi aku sangat hati-hati kalau ngomong takut disemprot. Tapi aku berusaha tetap tenang. 
 
hasil foto thorax terakhir bapak
    Aku menyerahkan semua berkas yang sudah kupersiapkan dengan matang dari rumah. Dia pun memeriksa satu persatu. Kupikir sudah semua. Eh dia langsung bilang, “Wah ga bisa ini. Ga ada lampiran hasil dahaknya. Saya ga bisa terima ini. Kamu harus periksa dahak dulu di daerahmu sana dan kalau positif baru kesini lagi maksimal 1 bulan. Ini bagaimana kalau seperti ini Cuma riwayat saja ga ada hasil labnya. Sudah sekarang kamu kembali aja dan pakai prosedur yang benar." (dia membentakku sambil menunjuk-nunjukan jarinya ke arahku) 

   Tapi dari pihak dokternya ga bilang apa-apa, katanya cukup menyerahkan surat rekomendasi aja sudah cukup. Kami pasien kan manut saja dan percaya sama apa kata dokter. Ya kalau balik ke blora lagi cuma buat periksa dahak sia sia dong perjalanan kami jauh jauh dari blora kemari. Aku tidak menyerah, Memang ga bisa periksa disini pak? Oh ga bisa, ini prosedurnya harus periksa di Blora sana. Dan andaikan hasilnya negative kami juga tetep ga bisa terima."

    “Tapi masalahnya bapak saya itu ga bisa keluar dahaknya meski sudah diminumi obat pengencer dahak pak.” 

   “Nah apalagi itu, pokoknya kalau ga ada hasil tes dahak kami ga bisa terima!” Wah aku makin bingung dan kecewa. 

   Aku keluar dalam keadaan lesu dan pamanku serta bapak dan adikku menghampiriku dan bertanya bagaimana hasilnya. Aku menceritakan semuanya lalu adikku menyarankanku langsung telepon dokter di blora yang memberi rujukan ke rumah sakit ini. 

   Ketika pamanku hendak menelepon, tiba-tiba petugas tadi keluar dan meminta telepon itu lalu bicara langsung dengan dokterku.entah apa kata dokterku, aku kembali menelepon dokterku bagaimana sebaiknya ini. Kan bapak ga bisa keluar dahak, dulu sebelum dirontgen memang sudah pernah periksa dahak tapi itu sudah lama sekali hasilnya negative tapi hasil rontgennya parunya bermasalah. Dan dikasih obat TB selama setahun. 

   Dokterku bilang aku harus minta rujukan balik dari RS untuk berobat kembali di Blora. Kemudian, aku masuk kembali keruangan petugasnya dan minta rujukan seperti kata dokterku. (ini serasa aku yang dipingpong) 

  Tapi aku kembali menelan pil pahit, dia tidak mau memberikan rujukannya. Alasannya kami rumah sakit besar masa memberi rujukan kok ke rumah sakit kecil? Akhirnya aku keluar lagi dan sms dokterku. 

   "Gimana nih bu, petugasnya ga mau kasih rekomendasi. Alasannya blab la bla … " dan sms dokterku mengatakan "ya sudah gpp katanya. Berobat di blora lagi."

    Beuh.. capek deh..@! Jadi intinya perjalanan kami tidak membuahkan hasil. Bapakku juga kecewa, semua kecewa. Tapi kami harus tetap bersyukur. Mungkin memang ini kehendak Tuhan ya pak, dari kemarin mau cari transport kesini udah susah, cari penginepan ga jadi, harusnya sudah jadi isyarat kalau belum dikehendaki Tuhan. 

   Aku bingung, karena dokter disini juga hampir nyerah lihat kondisi paru-paru bapakku yang makin parah. Sedangkan kalau mau periksa ke Solo hasil dahaknya harus BTA(+), sedangkan bapakku dulunya negatif dan kalau dahak lagi sekarang ga bisa keluar meski sudah diminumi obat pengencer dahak. 

   Sekarang logikanya gini : kalau mereka hanya mau terima  untuk pasien TB dengan hasil dahak BTA (+) lalu menolak yang BTA (-) apa yang perlu pengobatan hanya BTA (+) saja? lalu nasibnya pasien hasil BTA (-) gimana? Apa ga perlu diobati juga? Apa petugasnya tidak mikir gimana jauhnya kita menempuh perjalanan dari Blora ke Solo berjam-jam pake macet segala, bolak balik cuma buat periksa dahak sedangkan dahaknya aja ga bisa keluar. Kami konsultasi soal dahak ga bisa keluar itu di puskesmas dan rumah sakit blora juga lho. Karena ga bisa keluar dahak itu makanya kami dirujuk ke Solo. Kalau bicara soal prosedur kami sudah ikuti prosedur kok, tapi menurut petugas dari pihak rumah sakit di Solo,  prosedur yang benar itu hasilnya harus BTA(+) baru bisa diterima dan diobati. Kan lucu? 

   Saya juga bertanya apa tidak bisa periksa dahak disini saja? masa harus pulang Blora lagi cuma periksa dahak apalagi ini rumah sakit besar. Masa periksa dahak aja ga bisa? Katanya karena kami pakai jamkesda jadi karena gratis harus periksanya di kota asal kami. Kalau disini bayar Rp.600.000,-.

   Entahlah kami cuma bisa pasrah pada Tuhan bagaimana selanjutnya pengobatan yang benar untuk bapakku. Kemana lagi harus berobat? Bila teman-teman pembaca tahu solusinya saya akan sangat berterimakasih untuk komentarnya. 

NB : Ini laporan hasil rontgen bapakku :
Pembacaan :
Thorax : simetris, inspirasi cukup dan kondisi cukup, hasil :
  • tampak konsolidasi di kedua apeks pulmo dengan gambaran infiltrat dan fibrosis 
  • sinus costo frenicus kanan kiri lancip 
  • diafragma kanan-kiri licin 
  • Cor :  CTR < 0,5 
  • sistema tulang yang tervisualisasi intak

Kesan : TB Pulmo lesia luas dengan tanda aktif, besar Cor normal

Jus Buah buat Bapakku

   Bapakku sudah lanjut usia, giginya tinggal dua. Kadang yang namanya nafsu makan lansia itu berubah-ubah, kadang ada masa dimana bapak ga doyan makan. Jika sudah begitu daya tahan tubuhnya akan jadi lemah dan mudah terserang flu. Itu ditandai dengan bersin berulangkali. 


   Kalau bapakku tiba-tiba bersin sampai 4-5 kali alamat ga doyan makan dan flu lagi flu lagi. Kalau udah begini aku yang cemas. Untuk menambah kebugarannya, setiap kali aku bersepeda keluar rumah bersama beliau, kami selalu mampir di penjual jus buah pinggir jalan. 

   Bapakku suka sekali minum jus alpukat atau jus jambu merah untuk menambah trombosit. Kemarin pernah nyoba jus buah naga dan apel tapi katanya lebih enak alpukat. Ya mungkin karena penjualnya masih amatiran. Masa buah sama airnya banyakan airnya. 

   Aku selalu bilang pada bapak, kalau minum jus itu jangan dicampur gula, tapi beliau ga suka kalau ga manis, hambar rasanya coba aja pake juicer pasti rasanya buah asli tanpa gula tambahan hehe. 

   Ya beginilah kesukaan bapakku, duduk di pinggir jalan sambil meminum jusnya. Aku senang sekali jika bapakku menghabiskan jusnya. Setiap kali aku membelikannya jus, pas di sruputan pertama bapakku selalu kutanya, “How?” 

   “It’s Delicious or So sweet “ sahutnya. 

   Kalau pas ga enak bapakku bilang, “not so good” lalu dia tanya lagi, What price is it?” 

   Kalau aku bilang “Four thousand” bapak diam aja, tapi kalau aku bilang “Eight thousand” pasti bapakku bilang “more expensive” sambil geleng-geleng kepala "Wes ojo dibaleni meneh." Haha.. dasar peritungan sekali bapakku ini. 

   Hehe, ya ngobrol dengan bahasa inggris singkat selalu kulakukan saat bicara soal harga di jalan.kebiasaan sejak dulu. Hehe

My Dreambooks

   Salah satu kebiasaanku kalau mau tidur adalah berkhayal. Entah mengapa aku suka melakukan hal ini sejak kecil. Bisa dibilang kalau belum berkhayal, aku  belum bisa tidur. Hehe ga salah kok,  semua orang boleh punya mimpi, siapa tahu bisa jadi kenyataan kan? Dan mimpi-mimpiku mungkin sederhana bagi orang lain, tapi amazing buatku. 

   Jangan pernah takut bermimpi, atau merasa minder duluan. Aku kurang suka dengan orang yang selalu minder belum apa-apa. Karena semua mimpi yang jadi kenyataan selalu diniati dengan doa dan usaha dan yang menentukan semua itu adalah kehendak Tuhan saja. 


   Kalau di agamaku diajarkan tentang beriman, dan iman tanpa perbuatan itu mati. Artinya beriman saja tak cukup perlu tindakan nyata untuk mewujudkannya, misalnya dengan doa dan usaha itu tadi. 

Inilah daftar mimpiku/ keinginanku : 
  • Dulu aku pengen kerja di kantor yang ruangannya disekat-sekat, ada komputer, printer, dan telepon interkom disampingnya →  jadi kenyataan pada bulan Februari 2004
  • Boneka Teddy Bear→ jadi kenyataan Desember 2013

     Bisa dibilang, masa kecilku yang namanya boneka adalah barang mahal untuk dibeli. Umur 5 tahun aku merengek minta dibelikan boneka yang bisa nyanyi dan nangis kalau dotnya diambil. Harganya waktu itu Rp.8.000,- tapi itu berat buat orangtuaku. Aku ngambek dan menangis meraung-raung. Akhirnya dibelikan juga :)

     Tapi karena aku masih kecil dan tidak tahu merawat boneka yang baik boneka itu jadi kotor dan rusak karena dibuat mainan teman sekampung. 

       Lama sekali aku tidak punya boneka lagi sejak saat itu. Dan kemudian, saat aku rajin pergi ke sekolah minggu, aku dapat kado natal dari gereja sebuah boneka panda. saking sayangnya aku sama panda itu ga kubuka plastiknya sampai aku berumur 17 tahun.
     
        Karena ada anak tetangga yang ingin boneka itu akhirnya aku berikan padanya. Saat umurku 30 tahun aku ingin punya boneka lagi. Dan itu lucu menurut bapakku, masa udah tua pengen boneka? Haha, ya buat teman aja. Aku akhirnya membeli "teddy bear" di mall tadinya pengen yang besar sebesar manusia, tapi mahal bingits haha, jadi mampunya beli yang kecil. Boneka teddyku adalah tempatku menangis dan selalu kupeluk ketika tidur.
 
  • Helm warna silver → jadi kenyataan bulan Mei 2014  
        Sayangnya ga ada yang warna silver, gpp deh warna putih juga oke. Belum punya motornya beriman dulu beli helmnya..hihi. Siapa tahu dikasih gebetan dulu ama Tuhan, jadi buat persiapan kalau diajak kencan naik motor.
  • Jas hujan warna silver → jadi kenyataan pada bulan Mei 2014 
      Tadinya bingung mau beli payung apa jas hujan dulu ya? Aku pengennya payung transparan dan itu tidak ada di kota saya. Adanya cuma beli online. Ya mungkin bisa jadi daftar dreambookku kemudian, biar praktis aku beli aja jas hujan setelan atas bawah biar ga kehujanan kalau pas naik sepeda, cuma sayangnya bagian celana musti dipermak dikit dibuat kerutan biar ga kesrimpet pas ngontel sepeda. :D
  • Buku Mimpi Sejuta Dollar-nya Merry Riana → jadi kenyataan Mei 2014
     Aku suka membaca profil/ riwayat hidup orang-orang sukses. Kagum banget sama sosok Merry Riana yang dalam usia muda sudah berhasil mewujudkan mimpinya. Sudah lama aku pengen banget bukunya ci Merry ini. Kesampaiannya baru sekarang gara-gara ikutan giveawaynya mak Winda Maki disini.  Makasi mak Winda udah mewujudkan salah satu mimpiku. 
     Mengingat bapakku suka banget beli jus di jalanan, yang notabene cara buatnya itu diblender (pake air + gula) kadang juga banyakan airnya daripada buahnya sedangkan kalau mau makan buahnya langsung gigi bapakku sudah ompong, so cara terbaik adalah punya juicer sendiri. 
juicernya beda merk

Selain sehat, tanpa ampas, bener-bener murni sari buahnya yang diminum. ga usah pake gula lagi. Btw, impianku terkabul sama-sama juicer tapi beda merk.. ok juga :) 
      Selama ini aku suka motret apa aja yang kujumpai saat keluar rumah. Suka ikutan kontes foto selfie juga. Sayangnya fasilitas kamera yang kupunya sangat minim, gambarnya kurang jelas dan mungkin itu mengurangi kualitas dan nilai. 
 
    Selain itu HP yang kupunya saat ini sedang dalam masa kritisnya, sudah ngabisin charger sampe 4x karena sering rusak ga bisa ngisi. Batere lowbat pula, kalau mau browsing sosmed juga lamanya minta ampun.. Tapi nggak harus dapat OPPO sih, yang penting smartphone android :D udah bersyukur banget dan jadi kenyataan Desember 2014.
    Ya, seperti sudah kuceritakan sebelumnya bahwa di rumah, aku tidak punya kamar pribadi lagi selain sebuah sofa yang multifungsi buat duduk dan tidur. Selain buatku sendiri, aku juga ingin membuatkan bapakku kamar yang nyaman dan sehat dengan ventilasi udara yang baik karena sekarang ini bapakku terkena MDR TB. Semoga 2 tahun lagi mimpiku bisa jadi kenyataan. 
     
      Tetapi oleh kasih dan anugrah Tuhan, nggak nyampe 2 tahun doaku dikabulkan. sebuah kamar untuk bapakku. ^^
  • Laptop Apple warna silver + pink biar sama dengan warna blogku 
    pinjam gambar
   Pekerjaanku 99,9% menggunakan fasilitas internet karena aku seorang blogger dan penjual jasa desain blog. Aku suka belajar hal baru, dan suka dengan tantangan atau memecahkan teka-teki eror blog seseorang. Puas rasanya bila sudah menemukan solusi untuk memperbaiki blog yang eror karena salah mengikuti tutorial di internet. 

   Selain itu aku suka mendesain, yang mana fasilitas adobe photoshop sedang kupelajari lebih dalam, sayangnya photoshopku masih versi 7. Kemarin mau diinstal CS3 ga bisa karena memorinya ga cukup. Sedih juga waktu mau ikutan lomba blog dengan fasilitas android aku ga punya, meski aku akhirnya menang dan jadi juara itu juga karena usaha minjem sana-sini.

   Proyekku berikutnya pengen belajar bikin video dan editing sendiri. Sebenarnya banyak banget keinginanku buat belajar, tapi ya itu tadi fasilitas jadi kendala. Jadi apa yang kupunya sekarang ini, meski baru komputer second hibah dari adikku tapi cukup membantu buat nyari uang haha..gapapa deh sekarang masih pake kompie second plus jadul asal kelak punya laptop apple :) Amin.
  • Sepeda motor mio, aku milih mio karena gampang makenya dan ga ketinggian 
    pinjam gambar
   Dari dulu aku pengen banget bisa belajar naik motor. Sayangnya ga ada yang mau ngajari. pernah ada kejadian dimana aku dijanji sama saudara sepupuku katanya sih dia mau ngajari aku naik motor, tapi aku harus mau nyapu sama ngepel rumahnya dulu. Karena saking pengennya belajar, aku turuti maunya. Eh giliran kerjaanku udah selesai dia malah tidur. Katanya males ngajari. Dongkol banget kan? udah capek-capek eh kena tipu pula. 

   Ya itulah kalau ga punya sendiri :( gapapa sekarang punya nya baru sepeda bersyukur, berarti Tuhan baik. masih dikasih kesempatan buat olahraga. Bayangin aja tiap hari aku sepedaan boncengin bapakku kemana-mana pasti ngebakar kalori alias keringetan mulu. Naik sepeda itu sehat dan baik buat jantung lho. Tapi sedihnya jadi inget kalau pas bapakku sakit dan butuh cepet apalagi pas kecelakaan atau harus bolak balik rumah sakit dan puskesmas karena surat rujukannya belum distempel petugasnya. kelalaian petugas bikin aku jadi mondar-mandir puskesmas rumah sakit yang jaraknya 30 menitan, pp sejam dan itu naik sepeda. coba aja aku punya motor, pasti langsung mak wush wush wush secepat kilat..
     Entah kenapa aku selalu tertarik mencoba hal baru demikian juga dengan belajar nyetir mobil. Kayaknya cewek kalau bisa nyetir mobil apalagi lihai nyetir di daerah yang jalannya berliku-liku atau ramai keren banget dimataku. 

   Meski aku tadinya pemabok sejati kalau naik mobil/ bus dan nyebrang jalan agak parno tapi rasa penasaranku buat nyetir begitu menggebu-gebu. ya setidaknya bisa dulu lah, sampe kalau pas naik angkot aku selalu duduk disamping pak sopir dan ngeliat gimana caranya dia nyetir.
     Aku juga suka banget lihat film action yang adegan kejar-kejaran mobil. Atau pas ada film tentang sopir yang tiba-tiba kena serangan jantung sedang ia bawa banyak penumpang di angkotnya eh tiba-tiba ada salah satu dari penumpang yang bisa nyetir. jadi bisa gantiin kan? Wow keren banget. 

   Ssst, lagi nyari kursusan ini di kotaku semoga aja bisa jadi kenyataan. Tapi kalau sampe ketauan bapak/ adikku pasti mereka tak berhenti mengomel. Buat apa kursus nyetir mobil? bla bla bla... ya gitu deh. tapi semangat yang kuat akan meleburkan omongan orang yang bikin minder..
   Di rumah, aku tidak punya dapur khusus. hanya meja dan sebuah kompor gas yang ada di samping kamar mandi dan jadi satu dengan jemuran. Area geraknya sangat sempit. cuma bisa buat berdiri aja. nah ga nyaman banget buat masak. Berharap suatu hari bisa buat dapur sendiri yang minimalis karena aku suka masak meski rasanya ga karuan. 

  • Menikah dengan gaun putih dan diberkati di gereja
pinjam gambar
   Nah, kalau ini sih impian sejuta umat ya? Haha.. lama ngejomblo juga ga bagus buat kesehatan jasmani dan rohani. hihi.. kalau masih muda si single ga masalah, ntar kalau udah tuwir masa mau menua dalam kesendirian? horor..buatku. tapi bukan berati tergesa-gesa juga dalam menentukan pilihan. Perlu campur tangan Tuhan banget dalam hal ini karena manusia itu kan mudah berubah, kalau dia ga pegang komitmen wah bisa gawat. 
Ya itu semua dreambooks-ku. Semoga bisa jadi kenyataan suatu hari nanti. Tuhan memberkatiku. Amin 

Mengurus Surat Jaminan Pelayanan Kesehatan Jamkesda

   Rencana yang sudah kupersiapkan sejak kemarin ternyata berubah total. Kepergianku ke Solo harus ditunda hingga Rabu, 28 Mei 2014. Tadinya mau nginep di Solo lalu besoknya baru ke Rumah sakitnya eh ternyata ga jadi karena pamanku bersedia mengantar kami naik mobil ke Solo jadi ga perlu nginep dan harus berangkat pagi dari Blora ya kira-kira jam 4 pagi. 
duh, fotonya ngeblur lagi masih pake kamera hp resolusi rendah soalnya ^^

   Padahal dari kemarin muter-muter Blora nyari travel tapi ga ada travel yang bisa nganter sampai di rumah sakitnya. Ya, rencana Tuhan memang jauh lebih baik. Mau naik bus juga kasihan bapakku kalau harus oper-oper bolak-balik. Emang kalau ga punya mobil pribadi emang susah. 

   Kadang apa yang kita pikirkan lebih dangkal sehingga kita tidak bisa menyelami maksud Tuhan di balik sebuah perubahan rencana yang mendadak. Karena Selasa besok adalah hari libur, maka aku harus mengurus surat jaminan pelayanan kesehatan jamkesda hari ini ke DKK setempat. Tadinya aku pikir cukup menyerahkan surat rujukan dari rumah sakit saja tapi aku harus kembali ke rumah lagi karena ada persyaratan lain yang ketinggalan. 

Syarat untuk mengajukan surat tersebut perlu melampirkan : 
  1. Fotokopi KK  
  2. Fotokopi KTP 
  3. Fotokopi Jamkesda 
  4. Fotokopi surat rujukan dari puskesmas 
  5. Fotokopi surat rujukan dari rumah sakit 
Semuanya rangkap 3. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya suratpun jadi. Yes, siap-siap ke Solo demi bapak.

Tantangan ke Depan TB dan HIV

   Ketika aku mendengar kata HIV yang muncul pertama kali di benakku adalah penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), yaitu kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). 

   Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jadi bila seseorang terinfeksi virus HIV maka ia akan mudah sakit dan sulit untuk sembuh. Orang yang terinfeksi dengan virus HIV AIDS biasa disebut dengan istilah ODHA. 

   Kebetulan kemarin sewaktu aku mengantar bapakku check up ke rumah sakit, aku melihat penderita AIDS dan TB tergeletak di ruang tunggu. Sesekali ia batuk-batuk dan muntah. Tubuhnya kurus kering karena ia susah makan. Pasien yang lain tidak ada yang mau mendekat karena takut tertular. 


   
   Padahal sebenarnya virus HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa, misalnya bersentuhan, berjabat tangan, berciuman di pipi, makanan dan minuman, gigitan nyamuk/ serangga, atau pada saat sedang bersama-sama berenang di kolam renang. Tidak seperti TB yang dapat ditularkan melalui udara, meski penderita AIDS bersin atau batuk di dekat kita sekalipun itu tidak menular, lho. 

   Virus HIV yang biasanya terdapat di dalam darah, air mani, dan cairan vagina ini ditularkan melalui : 

  • Hubungan seksual dengan penderita AIDS 
  • Transfusi darah yang mengandung virus HIV 
  • Ibu hamil yang mengidap HIV dan menularkannya pada janin yang dikandungnya 
  • Alat suntik atau jarum (akupuntur, tato, tindik, dll) bekas yang dipakai oleh orang yang darahnya mengandung virus HIV. Oleh sebab itu sekarang jika ada pemeriksaan di laboratorium untuk pengambilan darah biasanya kita diminta membeli sendiri jarum suntik yang baru agar steril demi menjaga agar tidak tertular virus HIV dari pasien lain. 

   Bagaikan keong berjalan, virus HIV menyerang perlahan-lahan namun pasti. Seseorang yang tertular HIV bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya selama bertahun-tahun tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang berat karena biasanya gejalanya baru muncul sekitar 5-10 tahun kemudian. 

Adapun gejala yang muncul meliputi : 
Gejala mayor : 
  • Berat badan turun drastic (kurang lebih 10% dari berat badan) 
  • Demam terus menerus atau kadang hilang timbul lebih dari sebulan dengan suhu badan > 38 derajat celcius disertai keringat malam 
  • Diare kronis lebih dari sebulan 
Gejala minor : 
  • Sering merasa lelah, sesak nafas dan batuk berkepanjangan lebih dari sebulan 
  • Bercak merah kebiruan pada kulit 
  • Rasa gatal di kulit yang meluas 
  • Pembengkakan kelenjar getah bening 
Dan seseorang dipastikan menderita AIDS bila ia menderita minimal 2 gejala mayor dan satu gejala minor ditambah hasil pemeriksaan darah sebagai bukti pasien mengidap virus HIV. 
TB dan HIV adalah persekutuan yang berbahaya 
  
   Disebut berbahaya karena penyakit TB dan HIV sama-sama bisa mengakibatkan kematian. Ko-infeksi/ persekutuan dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Di samping itu TB merupakan penyebab utama kematian pada ODHA (Orang dengan HIV AIDS) yaitu sekitar 40-50%. 
   Kematian yang tinggi ini terutama terjadi pada TB paru, BTA negatif dan TB ekstra paru yang kemungkinan besar disebabkan keterlambatan diagnosis dan terapi TB. 
   Laporan WHO menyebutkan 8,6 juta orang terjangkit TB pada 2012, dengan 1,3 juta di antaranya meninggal dunia. Dari 1,3 juta orang itu ada 320.000 orang dengan HIV-AIDS (ODHA).
sumber : WHO
   Seperti bahasan diatas, HIV ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jadi bila tubuh seseorang lemah maka kuman TB akan lebih mudah menyerang. 
   Kita tahu bersama bahwa TB adalah penyakit yang menyerang paru-paru atau bisa juga menyerang organ tubuh lainnya serta dapat berbahaya bila tidak segera diobati. Penderita TB yang tidak rutin dan tuntas meminum obatnya akan menjadi kebal obat (MDR TB), meskipun penyakit ini masih bisa disembuhkan dengan berobat teratur dengan periode/ masa pengobatan lebih lama (2 tahun) dari TB biasa yang hanya 6-9 bulan. 
   Sementara itu di Indonesia, ada 460.000 kasus TB baru yang terjadi tiap tahun, dan 3 % di antaranya adalah penderita HIV. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa hubungan antara HIV dan TB berawal dari TB Laten, yaitu TB dimana kondisi bakteri dalam tubuh penderitanya itu tertidur dan akan bangun atau aktif lagi ketika penderitanya tertular HIV. 
   Laporan WHO menyatakan sepertiga dari total populasi di dunia merupakan TB laten. Adapun yang dimaksud dengan pasien ko infeksi TB-HIV adalah pasien TB dengan HIV + dan ODHA dengan TB. Pada orang dengan sistem imunitas menurun misalnya ODHA, maka infeksi TB laten mudah berkembang jdi aktif. 10% orang yg tidak terinfeksi dengan HIV akan berkembang menjadi TB aktif selama hidupnya, sedangkan sekitar 60% ODHA yang terinfeksi kuman TB laten akan menjadi TB aktif .
    HIV menurunkan jumlah sel darah putih (CD4) , yaitu sel yang berfungsi untuk melawan infeksi. Apabila jumlah CD4 di dalam tubuh kurang, maka sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi sehingga dengan mudah orang tersebut akan terserang penyakit. 

   Jumlah normal CD4 berkisar antara 500 sampai lebih dari 1.500. Jumlah ini dapat diukur melalui tes darah khusus. Setelah orang tersebut terinfeksi HIV, jumlah ini biasanya akan turun terus. Jadi jumlah ini menggambarkan kesehatan sistem kekebalan tubuh seseorang: semakin rendah jumlah CD4 (dibawah 200) maka semakin rusaklah sistem kekebalan tubuh orang tersebut sehingga infeksi oportunistik (IO) dapat menyerang tubuh orang yang bersangkutan. Ini berarti sudah sampai masa AIDS. 
   Beberapa infeksi mengambil kesempatan itu untuk menimbulkan penyakit pada ODHA, dan oleh karena itu, infeksi tersebut umumnya dikenal sebagai infeksi oportunistik (IO), karena mengambil opportunity atau kesempatan itu untuk menimbulkan penyakit.
   Kita dapat menahan sistem kekebalan tubuh kita tetap sehat dengan memakai obat antiretroviral (ARV). Namun, tidak semua ODHA membutuhkan ART; yang membutuhkan adalah mereka dengan sistem kekebalan tubuh cukup lemah, yang ditentukan oleh jumlah CD4 di bawah 200, TLC di bawah 1.200, atau adanya infeksi oportunistik tertentu. 
sumber: disini
Pentingnya mengetahui jika terinfeksi TB dan HIV
  Karena infeksi HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang. Bila sudah terinfeksi HIV dan TB maka orang itu beresiko tinggi untuk jatuh sakit karena TB. 
  Memang tidak bisa dipungkiri bahwa HIV belum ada obatnya tapi setidaknya masih bisa dicegah dengan cara : 
  • Menghindari hubungan seksual diluar nikah/ jangan bergonta-ganti pasangan 
  • Gunakan kondom bagi kelompok beresiko tinggi 
  • Dianjurkan agar tidak menjadi donor darah juga 
  • Penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya harus dijamin sterilisasinya 
  • Hindarkan hamil bila ibu tersebut mengidap virus HIV. 
Sedangkan TB selain dapat dicegah dengan cara : 
  • Menutup mulut ketika bersin atau batuk 
  • Tinggal di tempat yang ventilasi udaranya baik 
  • Memakai masker bila berdekatan dengan penderita TB 
  • Minum obat secara rutin dan tuntas bila terkena TB 
  • Membuang tissue setelah dipakai ke tempat sampah 
TB juga bisa diobati sejak dini ketika kita menemukan gejala-gejala : demam, batuk lebih dari 3 minggu, berat badan turun, keringat dingin di malam hari, dan kelelahan. Namun, pengobatan sejak dini akan mempermudah kesembuhan pasien. 
   Prof Tjandra, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan “Dengan perilaku hidup bersih dan sehat, banyak penyakit yang bisa dicegah, termasuk TB dan HIV-AIDS. Jangan lupa juga untuk mengonsumsi obat dengan benar dan teratur." Hal itu dikatakannya usai acara 2nd Forum Stop TB Partnership Kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Mediterania Timur di Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (3/3/2014). 
Dan, tantangan utama dalam pengendalian TB dan HIV agar beban TB pada ODHA berkurang, begitu pula beban HIV pada TB yaitu : 
  1. Meningkatkan jejaring layanan kolaborasi antara program TB dan HIV di semua tingkatan komitmen politis dan mobilisasi sumber daya
  2. Meningkatkan akses tes HIV atas inisiasi petugas kesehatan yang ditujukan bagi pasien TB dan bagaimana membangun jejaring pelayanan diagnosis dan pengobatan
  3. Memastikan bahwa pasien yang terdiagnosis TB dan HIV harus mendapatkan pelayanan yang optimal untuk TB dan secara cepat harus dirujuk untuk mendapat dukungan dan pengobatan HIV AIDS dalam hal ini termasuk pemberian pengobatan pencegahan dengan kotrimoksasol dan pemberian ARV
  4. Memastikan pendekatan pelayanan kepada pasien TB-HIV dengan konsep "one stop services" 
  5. Monitoring dan evaluasi kegiatan kolaborasi TB-HIV
  6. Ekspansi ke seluruh layanan kesehatan di Indonesia 
Adapun strategi pelaksanaan kolaborasi TB-HIV di Indonesia, meliputi kegiatan sebagai berikut:
  • Membentuk mekanisme kolaborasi Membentuk kelompok kerja. Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB. Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
  • Menurunkan beban TB pada ODHA Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya. Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan tempat orang terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza).
  • Menurunkan beban HIV pada pasien TB Menyediakan konseling dan tes HIV. Pencegahan HIV dan IMS. Pengobatan preventif dengan kotrimoksasol (PPK) dan IO lainnya. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) ARV untuk HIV/AIDS
   TB dan HIV menjadi tantangan ke depan bagi kita semua. Sebagai blogger marilah kita terus memperbanyak konten positif tentang Tuberkulosis untuk membebaskan Indonesia dari TB agar para pembaca dapat mengenal lebih jauh tentang ko-infeksi TB dan HIV sebagai persekutuan berbahaya yang perlu segera ditangani, baik itu dicegah maupun diobati. 

sumber referensi :
-http://www.tbindonesia.or.id/tb-hiv/
-http://spiritia.or.id/