Tantangan ke Depan TB dan HIV

   Ketika aku mendengar kata HIV yang muncul pertama kali di benakku adalah penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), yaitu kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). 

   Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jadi bila seseorang terinfeksi virus HIV maka ia akan mudah sakit dan sulit untuk sembuh. Orang yang terinfeksi dengan virus HIV AIDS biasa disebut dengan istilah ODHA. 

   Kebetulan kemarin sewaktu aku mengantar bapakku check up ke rumah sakit, aku melihat penderita AIDS dan TB tergeletak di ruang tunggu. Sesekali ia batuk-batuk dan muntah. Tubuhnya kurus kering karena ia susah makan. Pasien yang lain tidak ada yang mau mendekat karena takut tertular. 


   
   Padahal sebenarnya virus HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa, misalnya bersentuhan, berjabat tangan, berciuman di pipi, makanan dan minuman, gigitan nyamuk/ serangga, atau pada saat sedang bersama-sama berenang di kolam renang. Tidak seperti TB yang dapat ditularkan melalui udara, meski penderita AIDS bersin atau batuk di dekat kita sekalipun itu tidak menular, lho. 

   Virus HIV yang biasanya terdapat di dalam darah, air mani, dan cairan vagina ini ditularkan melalui : 

  • Hubungan seksual dengan penderita AIDS 
  • Transfusi darah yang mengandung virus HIV 
  • Ibu hamil yang mengidap HIV dan menularkannya pada janin yang dikandungnya 
  • Alat suntik atau jarum (akupuntur, tato, tindik, dll) bekas yang dipakai oleh orang yang darahnya mengandung virus HIV. Oleh sebab itu sekarang jika ada pemeriksaan di laboratorium untuk pengambilan darah biasanya kita diminta membeli sendiri jarum suntik yang baru agar steril demi menjaga agar tidak tertular virus HIV dari pasien lain. 

   Bagaikan keong berjalan, virus HIV menyerang perlahan-lahan namun pasti. Seseorang yang tertular HIV bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya selama bertahun-tahun tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang berat karena biasanya gejalanya baru muncul sekitar 5-10 tahun kemudian. 

Adapun gejala yang muncul meliputi : 
Gejala mayor : 
  • Berat badan turun drastic (kurang lebih 10% dari berat badan) 
  • Demam terus menerus atau kadang hilang timbul lebih dari sebulan dengan suhu badan > 38 derajat celcius disertai keringat malam 
  • Diare kronis lebih dari sebulan 
Gejala minor : 
  • Sering merasa lelah, sesak nafas dan batuk berkepanjangan lebih dari sebulan 
  • Bercak merah kebiruan pada kulit 
  • Rasa gatal di kulit yang meluas 
  • Pembengkakan kelenjar getah bening 
Dan seseorang dipastikan menderita AIDS bila ia menderita minimal 2 gejala mayor dan satu gejala minor ditambah hasil pemeriksaan darah sebagai bukti pasien mengidap virus HIV. 
TB dan HIV adalah persekutuan yang berbahaya 
  
   Disebut berbahaya karena penyakit TB dan HIV sama-sama bisa mengakibatkan kematian. Ko-infeksi/ persekutuan dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Di samping itu TB merupakan penyebab utama kematian pada ODHA (Orang dengan HIV AIDS) yaitu sekitar 40-50%. 
   Kematian yang tinggi ini terutama terjadi pada TB paru, BTA negatif dan TB ekstra paru yang kemungkinan besar disebabkan keterlambatan diagnosis dan terapi TB. 
   Laporan WHO menyebutkan 8,6 juta orang terjangkit TB pada 2012, dengan 1,3 juta di antaranya meninggal dunia. Dari 1,3 juta orang itu ada 320.000 orang dengan HIV-AIDS (ODHA).
sumber : WHO
   Seperti bahasan diatas, HIV ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jadi bila tubuh seseorang lemah maka kuman TB akan lebih mudah menyerang. 
   Kita tahu bersama bahwa TB adalah penyakit yang menyerang paru-paru atau bisa juga menyerang organ tubuh lainnya serta dapat berbahaya bila tidak segera diobati. Penderita TB yang tidak rutin dan tuntas meminum obatnya akan menjadi kebal obat (MDR TB), meskipun penyakit ini masih bisa disembuhkan dengan berobat teratur dengan periode/ masa pengobatan lebih lama (2 tahun) dari TB biasa yang hanya 6-9 bulan. 
   Sementara itu di Indonesia, ada 460.000 kasus TB baru yang terjadi tiap tahun, dan 3 % di antaranya adalah penderita HIV. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa hubungan antara HIV dan TB berawal dari TB Laten, yaitu TB dimana kondisi bakteri dalam tubuh penderitanya itu tertidur dan akan bangun atau aktif lagi ketika penderitanya tertular HIV. 
   Laporan WHO menyatakan sepertiga dari total populasi di dunia merupakan TB laten. Adapun yang dimaksud dengan pasien ko infeksi TB-HIV adalah pasien TB dengan HIV + dan ODHA dengan TB. Pada orang dengan sistem imunitas menurun misalnya ODHA, maka infeksi TB laten mudah berkembang jdi aktif. 10% orang yg tidak terinfeksi dengan HIV akan berkembang menjadi TB aktif selama hidupnya, sedangkan sekitar 60% ODHA yang terinfeksi kuman TB laten akan menjadi TB aktif .
    HIV menurunkan jumlah sel darah putih (CD4) , yaitu sel yang berfungsi untuk melawan infeksi. Apabila jumlah CD4 di dalam tubuh kurang, maka sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi sehingga dengan mudah orang tersebut akan terserang penyakit. 

   Jumlah normal CD4 berkisar antara 500 sampai lebih dari 1.500. Jumlah ini dapat diukur melalui tes darah khusus. Setelah orang tersebut terinfeksi HIV, jumlah ini biasanya akan turun terus. Jadi jumlah ini menggambarkan kesehatan sistem kekebalan tubuh seseorang: semakin rendah jumlah CD4 (dibawah 200) maka semakin rusaklah sistem kekebalan tubuh orang tersebut sehingga infeksi oportunistik (IO) dapat menyerang tubuh orang yang bersangkutan. Ini berarti sudah sampai masa AIDS. 
   Beberapa infeksi mengambil kesempatan itu untuk menimbulkan penyakit pada ODHA, dan oleh karena itu, infeksi tersebut umumnya dikenal sebagai infeksi oportunistik (IO), karena mengambil opportunity atau kesempatan itu untuk menimbulkan penyakit.
   Kita dapat menahan sistem kekebalan tubuh kita tetap sehat dengan memakai obat antiretroviral (ARV). Namun, tidak semua ODHA membutuhkan ART; yang membutuhkan adalah mereka dengan sistem kekebalan tubuh cukup lemah, yang ditentukan oleh jumlah CD4 di bawah 200, TLC di bawah 1.200, atau adanya infeksi oportunistik tertentu. 
sumber: disini
Pentingnya mengetahui jika terinfeksi TB dan HIV
  Karena infeksi HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang. Bila sudah terinfeksi HIV dan TB maka orang itu beresiko tinggi untuk jatuh sakit karena TB. 
  Memang tidak bisa dipungkiri bahwa HIV belum ada obatnya tapi setidaknya masih bisa dicegah dengan cara : 
  • Menghindari hubungan seksual diluar nikah/ jangan bergonta-ganti pasangan 
  • Gunakan kondom bagi kelompok beresiko tinggi 
  • Dianjurkan agar tidak menjadi donor darah juga 
  • Penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya harus dijamin sterilisasinya 
  • Hindarkan hamil bila ibu tersebut mengidap virus HIV. 
Sedangkan TB selain dapat dicegah dengan cara : 
  • Menutup mulut ketika bersin atau batuk 
  • Tinggal di tempat yang ventilasi udaranya baik 
  • Memakai masker bila berdekatan dengan penderita TB 
  • Minum obat secara rutin dan tuntas bila terkena TB 
  • Membuang tissue setelah dipakai ke tempat sampah 
TB juga bisa diobati sejak dini ketika kita menemukan gejala-gejala : demam, batuk lebih dari 3 minggu, berat badan turun, keringat dingin di malam hari, dan kelelahan. Namun, pengobatan sejak dini akan mempermudah kesembuhan pasien. 
   Prof Tjandra, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan “Dengan perilaku hidup bersih dan sehat, banyak penyakit yang bisa dicegah, termasuk TB dan HIV-AIDS. Jangan lupa juga untuk mengonsumsi obat dengan benar dan teratur." Hal itu dikatakannya usai acara 2nd Forum Stop TB Partnership Kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Mediterania Timur di Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (3/3/2014). 
Dan, tantangan utama dalam pengendalian TB dan HIV agar beban TB pada ODHA berkurang, begitu pula beban HIV pada TB yaitu : 
  1. Meningkatkan jejaring layanan kolaborasi antara program TB dan HIV di semua tingkatan komitmen politis dan mobilisasi sumber daya
  2. Meningkatkan akses tes HIV atas inisiasi petugas kesehatan yang ditujukan bagi pasien TB dan bagaimana membangun jejaring pelayanan diagnosis dan pengobatan
  3. Memastikan bahwa pasien yang terdiagnosis TB dan HIV harus mendapatkan pelayanan yang optimal untuk TB dan secara cepat harus dirujuk untuk mendapat dukungan dan pengobatan HIV AIDS dalam hal ini termasuk pemberian pengobatan pencegahan dengan kotrimoksasol dan pemberian ARV
  4. Memastikan pendekatan pelayanan kepada pasien TB-HIV dengan konsep "one stop services" 
  5. Monitoring dan evaluasi kegiatan kolaborasi TB-HIV
  6. Ekspansi ke seluruh layanan kesehatan di Indonesia 
Adapun strategi pelaksanaan kolaborasi TB-HIV di Indonesia, meliputi kegiatan sebagai berikut:
  • Membentuk mekanisme kolaborasi Membentuk kelompok kerja. Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB. Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
  • Menurunkan beban TB pada ODHA Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya. Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan tempat orang terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza).
  • Menurunkan beban HIV pada pasien TB Menyediakan konseling dan tes HIV. Pencegahan HIV dan IMS. Pengobatan preventif dengan kotrimoksasol (PPK) dan IO lainnya. Perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) ARV untuk HIV/AIDS
   TB dan HIV menjadi tantangan ke depan bagi kita semua. Sebagai blogger marilah kita terus memperbanyak konten positif tentang Tuberkulosis untuk membebaskan Indonesia dari TB agar para pembaca dapat mengenal lebih jauh tentang ko-infeksi TB dan HIV sebagai persekutuan berbahaya yang perlu segera ditangani, baik itu dicegah maupun diobati. 

sumber referensi :
-http://www.tbindonesia.or.id/tb-hiv/
-http://spiritia.or.id/



0 comments:

Post a Comment